Wednesday, September 23, 2015

Catatan Hari ini : Kepada Seseorang dan Dalam Diriku

Kepada Seseorang dan Dalam Diriku

Hampir setiap hari, saat kesendirian menghampiriku
bayangan seseorang yang tersenyum menghibur jenuhku
sulit rasanya untuk berpaling dari lamunan

Dibalik hari esok yang dipenuhi tanda tanya
aku menuliskan sebuah asa yang tak pernah bisa ku ungkapkan dengan jujur dan lantang
tentang garis demi garis yang ku kumpulkan pada sebuah sketsa penantian
tentang tangis dan air mata ketakutan dari sebuah penjuru dunia
yang mencari perdamaian dengan perang, dan menghilangkan kehidupan seseorang
bagaimana bisa?
aku duduk dengan tenang di depan meja kerja setiap harinya
sementara ribuan orang bertaruh nyawa mengarungi lautan dengan berdesak-desakan dikapal yang tak layak
menerjang ombak dan badai yang tak kenal belas kasih
bagaimana bisa?
aku menyantap makan siang dengan setengah hati dan menyisahkannya untuk bakteri
sementara ribuan orang kelaparan di tenda-tenda pengungsian yang mirip peternakan
tak bisa menangis, tak bisa bersedih, hanya terlelap yang mereka bisa untuk bisa berdamai dengan perutnya

Kau yang disana,
apakah kau merasakannya?
sisi kemanusiaan yang kadang kita lupakan?
kapitalisme memaksa kita terus bergerak untuk kepentingan diri kita sendiri
tak membiarkan kita lengah di jalan yang bernama kekuatan, kekuasaan
menutup jendela-jendela nurani dengan tirai neraca dan pergerakan ekonomi
memacu kita untuk terus hidup bukan sebagai manusia, tapi sebagai mata uang dan komoditas
sehingga kita sering merasa bahwa 'Sepi' adalah bagian dari diri kita
sehingga kita sering berfikir bahwa 'Kesepian' adalah nama lain dari diri kita yang monoton
kau tahu?
kurasa 'Sepi' itu adalah bentuk kekecewaan kita terhadap sesuatu yang hilang dari diri kita
kurasa 'Kesepian' itu adalah wujud kejumawaan kita terhadap kepemimpinan yang semakin tak berdaya
dan secara perlahan, kita hanya menjadi pion-pion dalam percaturan dunia
dimainkan seenaknya oleh tangan-tangan tanpa wajah mencuat kepermukaan

Kepada seseorang,
dan kepada si peragu dalam diriku
Aku ingin hidup bersamamu dan membangun sebuah bahtera
berlayar mengarungi samudera kehidupan yang dalam dan penuh ketidakpastian arah angin
mencari dan menjangkau orang-orang terkucil, yang tergelincir bukan pada nasibnya
berpartisipasi untuk dunia dan perdamaian yang lebih bersahabat
bukan dunia yang saling bersaing
bukan juga perdamaian yang saling berkepentingan
tapi untuk dunia yang saling merangkul dan beriringan
tapi untuk perdamaian yang saling mengerti dan memberi arti

Aku pun Tahu,
cinta dan mimpi-mimpi adalah keniscayaan di zaman yang seperti ini
lebih mudah menemukan nafsu dan slogan-slogan palsu
semudah kau menemukan perokok di negara ini
Semakin lama, semakin bertambah usia, dan aku belum bisa berpaling dari keadaan
sejujurnya, aku ingin menuruti isi hatiku yang belum tersampaikan,
namun lembaran memo yang jatuh dari tumpukan meja kerja memecahkan lamunanku
aku tersadar dan kembali pada kenyataan
aku sadar, aku tak sekuat itu
hatiku memang baik, sama halnya dengan hati kebanyak orang
namun ketakutan dalam dirilah yang membuatnya jahat
yang membuatnya sulit, tak bisa berbuat
dan yang membuat kebaikan hati berkarat...


Jakarta, 24 September 2015



Syarif Hidayatullah

Link Terkait

Roman Cinta dan Sepi II

  Chapter II Ia Muncul Lagi   Di sebuah peron yang sepi, lelaki itu, yang tak kuketahui namanya itu, duduk menatap langit tanpa kata-k...