Saturday, August 12, 2017

Lirik Lagu Ost Spirited Away (Ending) - Itsumo Nando Demo


Kimura Yumi - Itsumo Nando Demo (Always With Me) [OST Spirited Away] Ending 

 

Judul : Itsumo Nando Demo (Always With Me) ((Selalu Walau Berapa kali Pun (Selalu Bersamaku)
Penyanyi : Kimura Yumi
OST Spirited Away
OST Sen to Chihiro no Kamikakushi
Ending yondeiru  mune no dokoka oku de
itsumo kokoro odoru  yume o mitai

kanashimi wa  kazoe kirenai keredo
sono mukou de kitto  anata ni aeru

kurikaesu ayamachi no  sonotabi hito wa
tada aoi sora no  aosa o shiru
hateshinaku  michi wa tsuzuite mieru keredo
kono ryoute wa hikari o idakeru

sayonara no toki no  shizukana mune
zero ni naru karada ga  mimi o sumaseru

ikiteiru fushigi  shindeiku fushigi
hana mo kaze mo machi mo  minna onaji

Lalalalalalalala・・・・・・・・
Hohohoholulululu・・・・・・・・

yondeiru  mune no dokoka oku de
itsumo nando demo  yume o egakou

kanashimi no kazu o  iitsukusu yori
onaji kuchibiru de sotto utaou

tojiteiku omoide no  sono naka ni itsumo
wasuretakunai  sasayaki  o kiku
konagonani kudakareta  kagami no ue ni mo
atarashii keshiki ga utsusareru

hajimari no asa no shizukana mado
zero ni naru karada mitasarete yuke

umi no kanata ni wa  mou sagasanai
kagayaku mono wa itsumo koko ni
watashi no naka ni mitsukerareta kara


Terjemahan Bahasa Indonesia

Memanggil dari di suatu tempat di dalam dada
Aku ingin melihat mimpi di mana hati ini menari

Kesedihan itu tidak terhitung namun
Di seberang sana aku pasti dapat berjumpa denganmu

Setiap kali orang mengulangi kesalahan
Mereka hanya memahami biru dari langit yang berwarna biru
Jalan yang tanpa akhir selalu terus dapat dilihat namun
Tangan ini memeluk cahaya itu

Dada yang tenang di saat perpisahan
Telinga mendengarkan baik-baik tubuh yang menjadi kosong

Keanehan hidup keanehan kematian
Bunga, angin, dan kota semuanya sama

Lalalalalalalala・・・・・・・・
Hohohoholulululu・・・・・・・・

Memanggil dari di suatu tempat di dalam dada
Ayo kita mengambar selalu mimpi berapa kali pun itu

Daripada membincarakan semua tentang jumlah kesedihan lebih baik
Ayo kita menyanyikan perlahan-lahan dengan bibir yang sama

Kenangan yang tertutup, di dalam sana selalu
Aku mendengarkan bisikan yang tidak ingin dilupakan
Walaupun cermin di atas ini hancur menjadi kepingan yang kecil
Pemandangan yang baru dapat tercerminkan olehnya

Jendela yang tenang di permulaan pagi
Tubuh yang menjadi kosong terisi

Aku tidak akan mencari lagi di laut yang jauh di sana
Hal yang bercahaya selalu berada di sini
Karena aku dapat menemukannya di dalam diriku sendiri

Sumber : http://lirikterjemahan.blogspot.co.id/2014/09/kimura-yumi-itsumo-nando-demo-always.html

Tuesday, April 25, 2017

SETU BABAKAN JAGAKARSA

Sekilas Setu Babakan

Setu Babakan atau yang berarti ‘Danau Babakan’ adalah kawasan wisata yang memiliki danau seluas 32 hektar area (79 akre) menampung aliran sungai Ciliwung terletak di kelurahan Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setu Babakan difungsikan sebagai area cagar budaya yang dipelihara untuk menjaga dan pengembangan warisan budaya asli Betawi.  Atas usaha Pemerintah Kota DKI didukung masyarakat dan tokoh Betawi dalam rangka melestarikan dan tetap menghidupkan kebudayaan Betawi dalam relevansi kekinian, ‘Perkampungan Budaya Betawi – Setu Babakan’ adalah salah satu contoh yang melalui S.K. Gubernur no 92 tahun 2000, ditetapkan sebagai sebuah tempat yang dikhususkan sebagai lahan konservasi budaya Betawi yang patut didukung dan dihargai.
Di ‘Perkampungan Budaya Betawi – Setu Babakan’ dapat ditemui dan dinikmati kehidupan bernuansa Betawi, berupa; komunitas masyarakat Betawi, keasrian alam dan hutan kota, pementasan beragam kesenian tradisi di panggung pentas budaya secara periodik mementaskan kelompok kesenian budaya Betawi dari seantero Jabodetabek secara bergantian di setiap akhir pekan, pusat informasi dan dokumentasi ke-Betawi-an, serta dibuka pelatihan dan kursus kesenian tari, musik tradisional dan pencak silat ‘Beksi’ asli Betawi, serta beragam penganan kuliner Betawi dijajakan disana. Diharapkan seluruh kegiatan yang ada dapat dimanfaatkan sebagai bentuk perlindungan dan pembinaan guna melestarikan dan mengembangkan tata kehidupan seni budaya tradisi Betawi sesuai dengan kebutuhan kekinian, dan bermanfaat sebagai bentuk pengembangan potensi lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar serta sebagai salah satu obyek wisata budaya yang ada di Jakarta.

Kawasan wisata Setu Babakan juga berfungsi sebagai ‘paru-paru’ hijau kota Jakarta khususnya Jakarta Selatan. Tempat ini berfungsi sebagai penyangga kawasan hijau penyeimbang polusi udara Jakarta. Danau luas yang menampung aliran air dari sungai Ciliwung, juga berfungsi sebagai sumber air resapan kawasan sekitarnya. Danau Setu Babakan juga merupakan tempat untuk rekreasi air seperti bermain perahu air – bebek kayuh, Perahu naga dengan penumpang beregu, menyaksikan penduduk menjala ikan di pagi hari, dan areal pemancingan baik yang menghadap danau atau empang-empang sewaan disekitar danau. Lahan luas hijau adalah area bagi yang menyukai aktifitas olah raga pagi, jalan kaki, lari, bersepeda, atau senam gerak badan. Jalur trek yang mengitari danau luas adalah rute nyaman sepanjang mata memandang.
Taman disekitar danau ditanami dengan beragam pohon buah-buahan yaitu Mangga, Palem, Melinjo, Rambutan, Jambu, Pandan, Kecapi, Jamblang, Krendang, Guni, Nangka Cimpedak, Nam-nam, Jengkol, dsb.Banyak kuliner khas Betawi terdapat disini areal wisata Setu Babakan, antara lain Kerak Telor, Toge Goreng, Arum Manis, Rujak Bebek, Soto Betawi, Es Potong, Es Duren, Bir Pletok, Nasi Uduk, Nasi Ulam, dll. dijajakan disana.
Wisata kampoeng budaya yang disajikan antara lain arsitektur rumah khas Betawi yang dibagi menjadi 3 macam, pertama rumah Betawi gudang atau kandang, kedua rumah Betawi Kebaya atau Bapang, dan yang ketiga adalah rumah Joglo, bangunan masjid dan rumah-rumah kampung, bahkan warung kios makanan juga tak luput dari karakter arsitektural betawi berhiaskan langkan dan lisplang gigi balang.

Pentas kesenian seperti; Lenong, Ondel-ondel, Tari Topeng, Tanjidor, Marawis, Gambang Kromong, Tari Lenggang Nyai, dan Tari Ngarojeng, dsb. adalah ragam pentas budaya yang dapat dinikmati di panggung utama dan telah dijadwalkan setiap bulannya. Penyelenggaraan Upacara Adat yang ada di perkampungan Betawi Setu Babakan seperti Penganten Sunat, Slametan Pindah Rumah, Khatam Qur’an, Nujuh Bulan, dapat dilakukan di sini, bahkan jika pengunjung ada yang berkenan mengadakan upacara seperti tersebut diatas, dapat menyelenggarakannya di tempat ini dengan perjanjian terlebih dahulu.




  



Tuesday, March 28, 2017

Purwokerto in MyCamera

Perjalanan Ke Purwokerto

Tanggal 24 Maret 2016 sekitar jam 12 malam aku dan teman-teman kantor berangkat dari bekasi menuju purwokerto untuk menghadiri pernikahan teman kami Aditia Tapa di tanggal 26 maret-nya. Kami berangkat jum'at malam dengan maksud agar hari sabtu pagi kami sampai di purwokerto dapat istirahat dan siangnya kami dapat jalan-jalan ke dieng. baru kemudian hari minggu nya menghadiri akad nikah dan setelah itu pulang kembali ke bekasi. Kami berjumlah 10 dengan armada dua mobil. dua orang driver, 4 orang staff termasuk aku dan atasanku beserta istrinya. dan juga dua mobil toyota yang terdiri dari toyota avanza dan kijang inova. Kami mengawali perjalanan dengan berdoa terlebih dahulu. dengan khidmat, kami mengakhiri doa dan kemudian masuk ke mobil masing-masing. aku satu mobil dengan pak Soleh atau yang lebih dikenal dengan oyeh. Lalu dengan cewe-cewe kece yaitu Teh Isma dan Zio dengan mobil Avanza. Sedangkan di mobil Kijang inova ada pak Ikbar atau lebih dikenal dengan COD, Bung tomi, dan Bapak Amir beserta istri.

Namun baru sampai di tol cikampek, ternyata volume kendaraan sangat padat sehingga menimbulkan kemacetan di beberapa titik. pagi dinihari sekitar jam 3 kami masih berada di cikampek dan sempat berhenti untuk beristirahat direst Area terdekat. kami ngopi-ngopi dulu, ada yang tidur di mobil dan ada juga yang makan Mie Instan. setelah sekita tiga puluh menit kami kembali melanjutkan perjalanan. 

Diperjalanan, banyak terjadi kemacetan. kemacetan disebabkan oleh perbaikan jalan yang menyebabkan jalan yang bisa dilalui hanya satu jalur. terutama di daerah Bumiayu. ada juga kejadian truk terguling yang menyebabkan lalu lintas terhambat. Namun begitu kami masih bersemangat untuk meneruskan perjalanan. 

Singkat cerita, sekitar jam 11 siang kami sampai di kota purwokerto, tepatnya di Hotel Meotel. kami menginap disana. tempatnya tidak jauh dari tempat resepsi pernikahan yang akan kami hadiri. hanya sekitar 5 menit. kami memesan tiga kamar, harusnya empat, namun satu kamar gagal karena teman kami yang dari solo gagal berangkat karena kehabisan kereta. aku sekamar dengan Tomi di kamar 726, Isma dengan Zio dikamar 725, Pak oyeh dengan Pak COD dikamar 727 dan Bapak Amir dengan sang istri (saya lupa kamarnya).

Karena kami baru sampai di purwokerto siang hari, kami melupakan keinginan kami untuk ke dieng. lantas kami gunakan waktu untuk beristirahat. sampai jam 4 kami keluar mencari makan dan setelah itu ke baturaden. kebetulan cuaca mendung. kami makan disebuah warung bakso. ketika kami makan, hujan turun deras sampai kami selesai makan. rencana kami ke baturaden pun kandas. kami kembali ke hotel di tengah hujan yang masih berlangsung.

Malam hari aku dan tomi beserta Isma dan Zio keluar penginapan dan nongkrong di sebuah tempat makan yang ramai dengan anak muda. disana tempat makan harga nya tidak semahal dijakarta. haha..
sampai jam setengah sepuluh kami kembali ke penginapan untuk istirahat. Karena besok pagi kami harus menghadiri akad nikah.

Pagi harinya kami berangkat setelah sarapan dan seis foto2 selesai. kami tiba di tempat resepsi sekitar jam sembilan. untungnya akad nikhanya belum dimulai. dan kami mengikuti acara akad pernikahan dari awal sampai selesai dengan khidmat. sang pengantin pria mampu mengucapkan akad dengan lancar tanpa pengulangan. dan wajahnya yang sebelum dan ketika acara akad tegang perlahan santai ketika akad selesai dan juga disalami dan diberi selamat oleh tamu yang hadir.

Sehabis bertamu di resepsi pernikahan, kami kembali ke penginapan sekaligus packing dan check out dari penginapan. jam satu, kami telah meninggalkan penginapan dan berangkat ke baturaden sebelum pulang ke jakata. di baturaden kami menikmati udara segar dan pemandangan yang luas. beberapa jam kami disana. dan jam setengah tiga kami berangkat pulang ke bekasi. jalur yang kami tempuh jalur selatan karena khawatir jika kami lewat jalur yang sama dengan pergi maka akan mengalami kemacetan yang membuat kami tiba di bekasi lebih lama.

Diperjalanan kami sempat berhenti dua kali untukmakan dan istirahat. selain itu, sempat terjadi hujan lebat yang menyebabkan jarak pandang terbatas, bahkan menyebabkan beberapa ruas tol banjir. dan kami melaju dengan kecepatan yang aman.sekitat 80 km perjam saja. tol juga mengalami kemacetan sehingga kami memutuskan keluar pintu tol dan menempuh jalur biasa di daerah karawang. 

Singkat cerita, kami tiba sekitar jam Dua di kantor. Pak amir dan yang lainnya telah lebih dulu tiba. dan malam itu kami tidur dengan rasa letih yang telah menumpuk. namun begitu banyak hal menyenangkan di purwokerto. dan buat yang baru sah menjadi suami istri, semoga dijadikan pasangan yang sakinah mawaddah warohmah. dan terimakasih untuk jamuannya yang baik dan ramah. 

Purwokerto, Next Time kita kesana lagi... ^_^



Masjid Cheng Ho

Coffe Break

Senyum Pagi

Romantis

Tersenyumlah

Siapa yang kunanti ?

Meja Makan

Si Teteh Lagi Sarapan

Meja Makan

Getuk Goreng

Wallpaper Meotel

Caffe Meotel

Cari Oleh-oleh 2

Cari Oleh-oleh

Makan Bakso

Menunggu

Check In

Sudut Unik

Sepeda Senderan

Sebelum Komputer Ada

Sepeda Ontel

Bapak Amir

Camera Klasik

Benda Klasik

Selesai sarapan 2

Selesai Sarapan

Bajak Sawah

Goncengan

My Parent




Saturday, January 7, 2017

Jejak Tokoh Betawi untuk Indonesia - Bab I


 Gambar terkait

Jejak Kepahlawanan Mohammad Husni Thamrin (1894-1941)
Pengantar


Mohammad Husni Thamrin adalah salah seorang putera betawi yang kiprah politiknya memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Semasa pendudukan kolonial Belanda, Thamrin menduduki jabatan strategis sebagai wakil rakyat di Geementeraad maupun Volksraad. Hal yang dahulu sangat langka dan hanya menjadi impian segelintir orang. Sebagai politisi parlemen, tidak berarti Thamrin menjadi “kaki-tangan” kolonial. Ia justru menjadi juru bicara bagi rakyat Indonesia yang tertindas. Ia memperjuangkan nasib bangsanya untuk merdeka, walaupun kelak ia tak pernah melihat hasil yang ia perjuangkan.
Tulisan singkat ini, mencoba mendeksripsi secara singkat jejak-jejak kepahlawanan Mohammad Husni Thamrin dalam memperjuangkan nasib bangsanya. Sistematika tulisan dibagi dalam dua hal. Pertama, hal yang menyangkut riwayat Thamrin. Kedua, perjuangan Thamrin, sehingga ia layak disebut sebagai pahlawan nasional.


Riwayat Hidup Thamrin
Mohammad Husni Thamrin lahir di Sawah Besar, Jakarta pada tanggal 16 Februari 1894. Ayahnya, Thabri Thamrin pada masanya tergolong orang berada. Thabri adalah seorang wedana pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Der Wijk.
Pendidikan Thamrin diawali dengan memasuki sekolah Institut Bosch di Betawi. Dari sekolah itu ia melanjutkan ke Konning Willems III (setingkat HBS). Namun, karena orang tuanya memasuki masa pensiun sehingga tak mampu lagi membiayai, akhirnya Thamrin meninggalkan bangku sekolah. Ia lalu memutuskan bekerja magang di kantor kepatihan.
Sesudah itu, Thamrin dipindahkan kerja kekantor keresidenan. Prestasi kerjanya yang baik, membuat ia dipindahkan lagi ke Perusahaan Dagang Partikelir di Koningklijke Paketvaart Maatskappij (KPM) yang jumlah gajinya lebih besar daripada sebelumnya. Disaat yang sama, pada 27 Oktober 1919, Thamrin dipercaya untuk menduduki jabatan anggota Gemeenteraad. Sehingga saat itu, Thamrin bekerja rangkap, pertama untuk KPM dan kedua bagi Gemeenteraad. Thamrin akhirnya diharuskan untuk memilih oleh pimpinannya di KPM, apakah tetap di KPM atau Geementeraad. Ternyata, Thamrin lebih memilih untuk berkiprah di Geementeraad. Pilihan hidup yang kelak membuatnya harus bergelut dengan dunia pergerakan nasional, dimana ia akan berperan penting disana.
Pada 16 Mei 1927, Thamrin ditunjuk sebagai anggota Volksraad. Padahal sebelumnya ia baru saja ditunjuk menduduki jabatan wakil walikota I (Loco Burgermeester) Batavia. Selain di Volksraad, dalam pergerakan nasional Thamrin juga aktif dalam Partai Indonesia Raya (Parindra) dan juga didalam Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Sejak 6 Januari 1941, Thamrin dikenakan tahanan kota dengan tuduhan bekerjasama dengan Jepang. Dalam tahanan dan keadaan sakit parah, akhirnya Thamrin meninggal dunia karena gagal jantung pada hari Sabtu 11 Januari 1941. Penghormatan terakhir baginya di Pemakaman Karet, penuh-sesak oleh sekurangnya 20.000 orang pengiring. “Orang berpangkat” hingga “orang rendahan”, sama-sama merasa kehilangan pahlawan yang memperjuangkan nasib bangsanya.

Perjuangan Thamrin
Dalam pergerakan nasional, terdapat dua macam cara atau metode perjuangan melawan kesewenangan Pemerintahan Kolonial Belanda. Cara pertama adalah “Kooperatif” atau berjuang dalam sistem lewat jalan parlemen. Sedangkan cara kedua yaitu “Non-Kooperatif” yang dalam perjuangannya menolak masuk kedalam sistem, sehingga mereka berjuang dari luar tanpa melalui mekanisme kompromi. Termasuk dalam kelompok pertama diantaranya Mohammad Husni Thamrin, Dr Sutomo dan Sutardjo. Sedangkan Sukarno, Mohammad Hatta, Tan Malaka serta Sutan Syahrir masuk kedalam kelompok kedua. Walaupun berbeda dari segi metode perjuangan, tetapi perjuangan keduanya saling melengkapi satu sama lain. Hal ini karena tujuan mereka bermuara pada hal yang sama: terbebasnya Indonesia dari kolonialisme dan eksploitasi Belanda.
Sebagai pejuang kemerdekaan, secara resmi karir Thamrin dimulai ketika ia ditunjuk menduduki jabatan di Geementeraad. Sebagai anggota yang mewakili penduduk Batavia dan berasal dari penduduk pribumi, Thamrin hapal  benar yang menjadi permasalahan rakyat betawi. Sebelum secara resmi masuk kedalam Geementeraad, secara kebetulan Thamrin memiliki teman akrab seorang belanda yang juga sekretaris Geementeraad dan anggota ISDP, Van der Zee. Dari berdiskusi dengan Thamrin, Van der Zee menemukan banyak persoalan yang dihadapi penduduk Batavia. Tak jarang, Thamrin juga menawarkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Diantara buah pikiran Thamrin yang diadopsi Zee untuk dibahas dalam parlemen adalah mengenai pembendungan Sungai Ciliwung untuk menghindari banjir. Usaha ini tidak si-sia. Terbukti kemudian, proyek penanggulangan banjir dilaksanakan. Setelah pada akhirnya menduduki jabatan anggota Geementeraad, kiprah Thamrin dalam dunia politik semakin berkibar. Didalam Geementeraad, selain tetap memperjuangkan kesejahteraan masyarakat betawi. Thamrin juga giat membangun kekuatan nasionalis, sehingga  ia berhasil membentuk sebuah fraksi nasional.
Dalam Voolksraad jairhokje tercatat bahwa pada 16 Mei 1927, Thamrin ditunjuk menjadi anggota Volksraad menggantikan Dr Soetomo yang menolak pencalonan pada 14 Mei 1927. Penunjukkan Thamrin oleh gubernur jendral De Graeff karena ia dianggap sebagai pengganti terbaik Dr. Soetomo. Dengan demikian karier politik Thamrin menanjak, dari konteks perjuangan lokal kepada perjuangan yang lebih besar yaitu nasional.

1. Gerakan Nasionalisme  dalam Parlemen.
Ketika Thamrin pada akhirnya memutuskan untuk berjuang didalam sistem parlemen, maka Thamrin berusaha membentuk sebuah fraksi nasional. Pada tanggal 27 Januari 1930, ia mengumumkan lahirnya fraksi nasional yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia secepat-sepatnya. fraksi terdiri dari sepuluh orang pribumi dimana Thamrin ditunjuk sebagai pemimpinnya. Pembentukan fraksi ini bertujuan menyatukan kekuatan kelompok nasional  dalam Volksraad untuk menghadapi pihak lawan.
Berada didalam Volksraad, tak lantas membuat Thamrin larut dalam kekuasaan. Thamrin justru semakin sadar, bahwa kehadirannya adalah untuk memperjuangkan nasib bangsanya. Pada rapat Volksraad pertama, Thamrin dalam pidatonya membuat analisa perbedaan secara alamiah struktur sistem kolonial dan yang dianut oleh pribumi. Secara halus ia ingin mengatakan bahwa kaum pribumi harus diberikan hak untuk mengatur pemerintahannya sendiri.
Ketika pemerintah kolonial mengeluarkan peraturan mengenai “ordonansi sekolah liar”, Thamrin dengan tegas menolaknya dan mengadakan oposisi dalam parlemen. Ordonansi yang berisi mengenai pembubaran sekolah, selain dari sekolah yang dibiayai pemerintah, jelas-jelas adalah upaya untuk menghancurkan proses pencerdasan yang dilakukan kelompok pribumi. “Sekolah liar”, justru merupakan dapur dari perjuangan pergerakan kaum nasionalis Indonesia. Dari dalam Volksraad, Thamrin berjuang agar ordonansi ini dicabut, jika tidak maka ia mengancam akan keluar dari Volksraad. Dengan adanya tindakan tegas Thamrin ini, pemerintah kolonial terpaksa mundur dan membatalkan ordonansinya tersebut.
Dalam hal menumbuhkan kesadaran nasional, pada 15 Agustus 1939, Thamrin mengeluarkan mosi tentang penggunaan kata-kata “Indonesia”, “Indonesisch” dan “Indonesier” sebagai pengganti kata-kata “indie”, “Nederland Indisch” dan “Inlander” dalam undang-undang, ordonansi dan sebagainya. H.J Levelt pada tanggal 23 Agustus 1940, memberikan jawabannya bahwa ia menganjurkan pemakaian kata “Indonesier”, tetapi berkeberatan terhadap pemakaian kata “Indonesia”. Walaupun, usaha Thamrin tidak sepenuhnya berhasil, tetapi sebagai ekspresi perlawanan dan sarana sosialisasi bagi kesadaran nasional, tentunya hal ini menjadi sangat penting.

2.   Pembelaan Thamrin terhadap Perjuangan Kelompok Nasionalis
Dalam konteks perjuangan nasional saat itu, keadaan politik kurang menggembirakan. Pemerintahan De Graeff menjadi lebih keras untuk menindak dan membatasi kelompok pergerakan, sebagai akibat percobaan pemberontakan PKI 1926 dan 1927. Disaat itulah, muncul organisasi pergerakan PNI yang bersikap Non-kooperatif dengan Sukarno sebagai pemimpin utamanya yang bercita-cita “Indonesia merdeka”.
Walaupun antara Thamrin dan Sukarno, secara metode perjuangan berbeda. Namun, pada prinsipnya apa yang dicita-citakan oleh mereka adalah sama dan bahkan dalam prakteknya saling melengkapi. Dari dalam Volksraaad, Thamrin adalah pendukung utama politik agitasi PNI. Sebagai contoh, ketika Sukarno menyerukan untuk menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan, Thamrin juga dengan berapi-api berpidato didepan Volksraad mengecam tindakan Klooster, seorang pemimpin redaksi Deli Courant, yang mencela penggunaan bahasa melayu dalam parlemen. Dengan demikian perjuangan penggunaan bahasa melayu berlangsung pada tingkatan legal dan illegal, sehingga mengambil konteks wilayah yang lebih luas.
Ketika terjadi penggeledahan rumah-rumah aktivis PNI, Thamrin segera bereaksi didalam Volksraad dengan menyebut tindakan tersebut sebagai “provokatie” pemerintahan kolonial terhadap aktivis pergerakan. Walaupun pada kenyataannya tindakan penggeledahan semakin ditingkatkan bahkan menjadi aksi penangkapan, tetapi sikap Thamrin tidak bergeming. Didalam Volksraad, Ia kembali memperingatkan pemerintahan kolonial, bahwa sikap penangkapan para aktivis hanya akan memunculkan tindakan perlawanan nasional yang menjadi  semakin luas.
Antara Thamrin dengan Sukarno memiliki hubungan yang akrab. Hal ini dapat dilihat dari berbagai interaksi antara keduanya maupun dari pembelaan Thamrin terhadap Sukarno dan PNI didepan Volksraad. Pada saat Sukarno dibebaskan dari penjara Sukamiskin, maka Thamrinlah yang menjemput dan menyiapkan upacara penyambutan besar-besaran bagi Sukarno. Akibat hubungan dengan Sukarno jugalah, yang menjadi salah-satu faktor Thamrin dikenakan tahanan rumah oleh pemerintah kolonial.

3.   Membangun Persatuan Kelompok Nasionalis
Pada awalnya, kiprah politik Thamrin dimulai ketika ia menjabat sebagai pemimpin serikat kaum betawi. Dari saluran organisasi lokal inilah, ia ditunjuk masuk kedalam Volksraad. Bersama-sama Sukarno, pada tahun 1932 sebagai wakil kaum betawi, Thamrin  berjuang untuk membangun kembali Perhimpunan Partai-Partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) sebagai titik temu antara tokoh kooperasi dan kooperasi nasional. Akan tetapi usaha tersebut gagal. Pada 1936, secara perseorangan Thamrin masuk kedalam organisasi partai berskala nasional, Parindra yang menjadi wadah kaum nasionalis secara legal dan menjadikan nasionalisme sebagai landasannya. Didalam keorganisasian Parindra, Thamrin menduduki jabatan sebagai ketua departemen politik. Sesudah Dr. Soetomo wafat pada 30 Mei 1938, ia menjadi  orang pertama di Parindra.
Setelah Petisi Sutardjo mengalami kegagalan. Sebagai pemimpin terkemuka Parindra, Thamrin semakin giat mencari jalan untuk menghimpun suatu badan konsentrasi nasional yang terdiri dari utusan-utusan partai-partai politik Indonesia. Pada tanggal 21 Mei 1939 diadakan rapat resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi di Gedung Permufakatan di Gang Kenari, Jakarta. Gedung tersebut, merupakan kepunyaan Thamrin yang dibelinya pada tahun 1929 dan secara khusus diperuntukkan sebagai balai pertemuan aktivis pergerakan. Dalam rapat yang dipimpin Thamrin, dibicarakan secara mendalam mengenai situasi politik dan pentingnya wadah persatuan. Usaha ini akhirnya terwujud dengan dibentuknya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) yang terdiri dari delapan organisasi nasionalis terpenting, dibawah kepemimpinan Thamrin, Amir Syarifuddin dan Abikusno Cokrosuyoso. GAPI sendiri bertujuan mewujudkan hak untuk menentukan nasib bangsa sendiri, kesatuan bangsa berlandaskan “demokrasi sosial, politik dan ekonomi”, “Indonesia berparlemen” serta solidaritas antara kelompok politik di Indonesia dan Belanda demi mempertahankan suatu garis anti fasis yang kuat.
Untuk mencapai tujuan ini, maka GAPI melakukan berbagai langkah, dan yang terpenting salah satunya adalah diadakannya Kongres Rakyat Indonesia (KRI) di Gedung Permufakatan, Jakarta pada 23-25 Desember 1939 dengan tema “Indonesia Berparlemen’. Salah satu keputusan penting KRI ialah menuntut pembentukan parlemen dan penetapan bendera merah-putih dan Lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu kebangsaan Indonesia. Aksi Indonesia berparlemen pada tanggal 10 Februari 1940 ditolak Belanda dengan alasan tidak mungkin ada parlemen selama Belanda masih memegang tanggung jawab kebijakan politik.
Sejak itu, maka hubungan antara pemerintah kolonial dengan aktivis pergerakan nasional yang koperatif, termasuk Thamrin didalamnya menjadi renggang. Pada tanggal 6 Januari 1941, penggerebekan dilakukan dikediaman Thamrin dan ia sendiri ditahan. Sebelum terjadi penggerebekan itu, Thamrin menerima utusan jepang, Kobayashi di Gedung Volksraad. Dalam penggeledahan dirumah Thamrin, diketemukan surat-surat Doewes Dekker yang berisi permusuhan terhadap pemerintah Belanda. Hubungan Thamrin dengan Douwes Dekker, utusan Jepang dan juga dengan Sukarno dianggap sebagai sikap perlawanan Thamrin terhadap pemerintah. Pada akhirnya dalam penahanan yang belum terbuktikan itu, Thamrin menghembuskan nafas terakhir.

Penutup
Cara Thamrin berjuang adalah sebuah hal yang patut diteladani. Walaupun ia menduduki jabatan “empuk”, ia tetap dengan teguh memperjuangkan nasib bangsanya. Ia menjadi penolong, ketika kawan-kawan seperjuangan yang menggunakan “cara berbeda”  ditangkap oleh pemerintah kolonial. Thamrin juga dengan gigih berusaha mempersatukan kaum nasionalis demi tercapainya Indonesia merdeka. Ia adalah contoh pejuang yang lahir dari lokal, tetapi memiliki misi dan visi nasional. Thamrin adalah pahlawan nasional yang berjuang menggunakan caranya sendiri: “cara Thamrin” yang kooperatif- revolusioner.

Daftar Pustaka

Gonggong, Anhar, Mohammad Husni Thamrin, Jakarta: Departemen P & K, 1985.
Hering, Bob, Mohammad Husni Thamrin: Membangun Nasionalisme Indonesia, Jakarta: Hasta Mitra, 2003. 
Ingleson, John,  Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934, Jakarta: LP3ES, 1988.
Kahin, George Mc. Turnan, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Jakarta: UNS Press bekerjasama dengan Pustaka Sinar Harapan, 1995.
Mulyana, Slamet, Kesadaran Nasional jilid 2, Jakarta: Inti Idayu Press, 1986
Saidi, Ridwan, Zamrud Khatulistiwa: Nuansa baru Kehidupan dan Pemikiran Bung Karno, M. Husni Thamrin, H. Agus Salim dan Buya Hamka, Jakarta: LSIP, 1993
Van Miert, Hans, Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia, 1918-1930, Jakarta: KITLV, Hasta Mitra dan Pustaka Utan Kayu, 2003.

Sumber : https://sejarahunj.wordpress.com/2010/05/03/jejak-kepahlawanan-mohammad-husni-thamrin-1894-1941/

Puisi : Mengarungi Lintasan

Mengarungi Lintasan

Dari sudut terendah, dan aku melihat kedepan.
Lintasan yang nampak panjang dan berkerikil. Adakah ujungnya? 

Dan kulihat seseorang berjalan merunduk
Ia bukan takut
Hanya saja ia ingin terus menjaga langkahnya agar tetap terjaga dan percaya diri,
Mengabaikan jauhnya lintasan yang akan ditempuh.
 
Karena ia tahu, melihat kedepan kadang membuatnya berfikir terlalu khawatir dan akhirnya takut.
Ia lebih suka memantapkan satu demi satu langkahnya agar bisa sejauh mungkin menjawab pertanyaan demi pertanyaan yg mengganggu langkahnya
 
Meski pada akhirnya ia tak akan pernah sampai di ujung.
Karena lokomotif takdir akan menabraknya tanpa rem.
 
Ya. Lintasan itu tak pernah berujung, Akhir dari semua perjalanan seseorang adalah sebuah gerbong bernama takdir
 
Jakarta, 22 September 2016

Sunday, January 1, 2017

Coming Soon





(Buku : Cinta yang Senyap)
Kumpulan Cerpen dan Puisi
akan segera cetak

Next...
Cover-cover dalam senyap

Roman Cinta dan Sepi II

  Chapter II Ia Muncul Lagi   Di sebuah peron yang sepi, lelaki itu, yang tak kuketahui namanya itu, duduk menatap langit tanpa kata-k...