Pendahuluan
Dewasa ini untuk
mencapai pulau onrust dan sekitarnya sangat mudah, sebab paling tidak ada tiga
pelabuhan laut yang dapat mengantar penumpang ke pulau tersebut, yakni ancol,
pelabuhan muara angke, dan pelabuhan muara kamal. Dari ketiga pelabuhan
tersebut, muara kamal adalah yang paling dekat dengan pulau onrust, sepuluh
sampai lima belas menit untuk mencapai pulau Onrust. Memang pulau Onrust adalah
suatu pulau kawasan kepulauan seribu yang letaknya berdekatan dengan pantai
jakarta. Berdasarkan garis kordinat dari titik nol greenwich. Pulau Onrust
terletak pada 106 o 44” 0BT. Dan 6o 02,3 LS.
Bagi orang awam,
kondisi pulau onrust sekarang lebih menunjukan kesan angker dan berantakan
sebab sebagian bangunan bersejarahnya telah menajadi puing. Bahkan pulau ini
tidak ada penduduknya, kecuali penjaga pulau berikut keluarganya. Sebenarnya sisa
bangunan tersebut sangat bermakna bagi kepentingan sejarah. Berdasarkan data
tertulis paling tidak pulau ini mengalami empat kali bangun ulang akibat
serangan inggris yang setiap kali serangan menghancurkan bangunan yang ada, dan
setiap kali perang usai, Belanda membangun kembali pulau tersebut.
Sisa bangunan yang
kini terlihat di pulau onrust adalah sisa dari bangunan terakhir (empat),
sedangkan sisa bangunan dari periode satu, dua dan tiga sudah tak terlihat di
atas permukaan lagi karena hancur akibat serangan, dan bahan bangunannya
dimanfaatkan untuk pembangunan periode terakhir. Untuk melacak sisa bangunan
periode satu, dua dan tiga tentunya tidak bisa terlaksanakan sekaligus, sebab
untuk meneliti sisa bangunan satu periode saja diperlukan waktu yang tidak
sedikit
Berangkat dari
pemikiran diatas dinas museum dan sejarah DKI Jakarta memilih satu periode
sejarah pulau onrust sebagai semple penelitiannya, yakni periode pertama
(1615-1800). Pemilihan periode ini didasarkan adanya peta yang dibuat oleh
Heydt tahun 1740 yang menggambarkan keletakan bangunan-bangunan di pulau tersebut.
pada gambar tersebut tertera denah benteng besar berbentuk segi lima nampaknya
merupakan bangunan utama di pulau tersebut. selain itu tertera pula denah yang
cukup menarik, yaitu dua buah kincir angin yang terletak di bagian kiri kanan
utara benteng. Bangunan-bangunan ini sejak tahun 199 telah diteliti oleh para
arkeolog baik dari dinas museum dan sejarah DKI Jakarta, Kanwil P & K Universitas
Indonesia yang semuanya di koordinasikan oleh pemda DKI Jakarta.
Sejarah
Onrust
Penduduk di
lingkungan kepulauan seribu mengenal pulau ini dengan nama pulau kapal. Sebab asal
muasalnya pada pertengahan abad 17 hingga 18 di pulau ini banyak berlabuh
kapal-kapal VOC yakni kongsi dagang belanda yang oleh orang Indonesia yang saat
itu disebut KOMPENI. Karena banyaknya kapal di pulau itu, maka banyak penduduk sekitar
atau nelayan menyebutnya sebagai pulau kapal.
Sebenarnya pulau yang
disebut pulau kapal telah diberi nama oleh orang-orang belanda, namun itupun
mengacu kepada kondisi pulau yang tak pernah henti-hentinya membongkar muat
barang-barang komoditi dan kegiatan perbaikan kapal-kapal namanya adalah
ONRUST. Onrust ini berasal dari bahasa belanda yang berarti ‘tanpa istirahat’. Nama
ini dikenal sejak abad ke 17. Namun dikenal oelh kalangan belanda saja dan pada
buruh yang dipekerjakan di pulau tersebut. sedangkan penduduk setempat tetap mengenalnya
sebagai pulau kapal.
Kini, akibat
gencarnya dilakukan penelitian arkeologis dan publikasi pada media massa, nama
onrust berangsur-angsur mulai dikenal oleh masyarakat diseluruh indoensia,
akibatnya berangsur-angsur pula melupakan nama kapal. Nama onrust dan kapal
kiranya memang dapat diberikan kepada pulau inikarena sesuai peranannya yang
selalu disibuki dengan kegiatan perkapalan, pertahanan, perdagangan dan bongkar
muat barang-barang komoditi : lada, gula, beras, tekstil dan lainnya yang laku
diperdagangkan. Jika kita simak masa lampau pulau onrust dan sekitarnya secara
jelas peranannya terlihat pada masa kolonial belanda sekitar abad 17. Naun sebelumnya,
pulau-pulau tersebut dan pulau lainnya di perairan teluk jakarta menjadi tempat
peristirahan raja-raja banten sebelum belanda memanfaatkan bagi kepentingan
penjajahan.
Segera setelah VOC
mengirimkan armada pertamanya ke Asia memerlukan dibuatkan tempat pertemuan. Terlebih-lebih
setelah mereka gagal dalam usaha memonopoli perdagangannya di banten. Tahun 1610,
akhirnya VOC memutuskan jakarta sebagai tempat usaha perdagangannya. Belanda
meminta izin kepada pangeran Jayakarta untuk menggunakan salah satu pulau di
teluk jakarta maka dilakukan perjanjian kedua belah pihak. Pihak belanda diwakilkan
oleh L. Hermit dan Jayakarta oleh pangerannya sendiri. perjanjian ini berhasil
disepakati pada tanggal 10-13 November 1610. Isi perjanjian itu adalah
memperbolehkan orang-orang belanda mengambil kayu untuk pembuatan kapal-kapalnya
di teluk jakarta.
Kapal-kapal yang
berlayar ke asia tenggara dan tinggal beberapa lama sering memerlukan perbaikan
kapal akibat perjalanan panjang. atas dasar ini VOC berniat membangun sebuah
galangan kapal di teluk jakarta. Niat tersebut di ijinkan oelh pangeran jayakarta
dan VOC menggunakan salah satu pulau yang ada di perairan teluk jakarta. Pulau tersebut
adalah pulau onrust yang luasnya 12 Hektar dan jaraknya 14 km dari jakarta.
Tahun 1615 VOC
memulai pembangunan di pulau onrust dengan mendirikan sebuah galangan kapal dan
sebuah gudang kecil. Dalam hubungan ini Jan Pieterzoon Con mengharapkan pulau
onrust selain sebagai galangan kapal, juga ada koloni. Oleh karena itu VOC
mengirim keluarga Cina ke pulau onrust dengan diberikan berbagai fasilitas,
diantaranya persediaan air minum yang cukup. Selanjutnya Jan Pieterzoon Con
menjadikan pulau onrust sebagai pertahanan terhadap akibat memuncaknya ancaman
banten dan inggris. Pada tahun 1618.
Pada tahun-tahun
berikutnya di pulau onrust dilakukan pembangunan sarana fisik untuk kepentingan
VOC Belanda. Diantaranya pada tahun 1656 dibangun sebuah benteng kecil bersegi
empat dengan dua bastion (bangunan yang menjorok keluar berfungsi sebagai pos
pengintai). Pada tahun 1671 bangunan benteng tersebut diperluas menjadi benteng
persegi lima dengan bastion pada tiap-tiap sudutnya namun bentuk tidak
simetris. Bangunan benteng ini seluruhnya terbuat dari bata dan karang. Pada tahun
1674 di pulau onrust dibuat gudang-gudang penyimpanan barang, gudang
penyimpanan besi dan Dok tancap. Semua ini dikerjakan oleh 74 tukang kayu dan 6
tukang lainnya.
Tahun 1674 dibangun
sebuah kincir anign untuk keperluan penggergajian kayu. Gudang-gudang kemudian
dibangun untuk menyimpan barang-barang yang akan dikirim ke eropa. Karena gudang-gudang
yang di pulau onrust sudah tidak dapat menampung,maka pulau cipir yang ada
disebelah selatannya dimanfaatkan pula untuk penyimpanan sementara
barang-barang komoditi.
Masa-masa berikutnya,
VOC giat melakukan pembangunan atas pulau onrust seperti pada tahun 1691
dibangun sebuah kincir angin kedua, sebelumnya pada tahun 1695 terdapat 148 abdi kompeni dan 200 budak.
Pulau onrust nampak semakin kuat sebagai pertahanan dan depot logistik VOC.
Dalam hubungan perang
di eropa tahun 1795, kedudukan belanda di batavia semkain tak menentu. Terlebih-lebih
ketika armada inggris dibawah pimpinan
H.L. Ball pada tahun 1800 melakukan blokade terhadap batavia. Dalam blokade
tersebut, pertama-tama inggris mengepung pulau onrust dan sekitarnya, lalu
semua bangunan-bangunan yang terdapat di permukaan pulau tersebut dimusnahkan.
Setelah pulau onrust
hancur, pada tahun 180 belanda merencanakan pembangunan kemabli atas pulau
onrust sesuai dengan rencana Kolonel D.M. Barbier. Namun baru saja selesai
dibangun, inggris menyerang kembali pada tahun
1806 mengakibatkan pulau onrust dan sekitarnya hancur berantakan. Serangan
inggris yang kedua ini dipimpin oleh
Admiral Edward Pellow. Sisa-sisa bangunan yang masih berdiri dihancurkan
lagi oleh inggris pada tahun 1810. Dengan di dudukinya batavia oleh inggris 1810,
inggris telah memperbarui bangunan-bangunan di pulau onrust dan sekitarnya dan
digunakan untuk keperluan mereka hingga mereka angkat kaki dari indonesia tahun
1816.
Pulau ini mendapat
perhatian kembali pada tahun 1827 masa gubernur G.A. baron Van der Capellen. Pekerjaannya
dimulai pada tahun 1828 dengan pekerja-pekerja yang terdiri dari orang-orang
pribumi dan orang-orang cina, diantaranya pula orang-orang tahanan. Baru pada
tahun 1848 kegiatan di pulau Onrust dapat berjalan kembali. kemudian pada tahun
1856 arena pelabuhan ditambah lagi dengan sebuah dok terapung yang memungkinkan
perbaikan kapal di laut. Setelah dibangunnya pelabuhan Tanjung Periok pada
tahun 1883 maka pulau Onrust semakin hiloang peranannya dalam dunia perkapalan
dan pelayaran.
Baru kemudian pada
tahun 1905 pulau Onrust mendapat perhatian lagi dengan didirikannya stasiun
cuaca di pulau ini dan pulau Kuyper (Cipir). Namun pada tahun 1911 pulau Onrust
diubah fungsi menjadi karatantina haji hingga tahun 1933. Sejak tahun 1933
sampai 1940 pulau Onrust dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang
terlibat dalam “peristiwa Kapal Tujuh”(Zeven Provincien). Kemudian pada tahun
1940dijadikan sebagai tempat tawanan orang-orang jerman, yang ada di indonesia,
diantaranya adalah Stenfurt, mantan kepala Administrasi Pulau Onrust.
Setelah jepang
menguasai batavia pada tahun 1942, peranan pulau Onrust dan sekitarnya semakin
tak penting. Jepang telah memperhitungkan bahwa pulau-pulau tersebut tidak
potensial sebagai pertahanan sebab telah dikenali pesawat tempur udara. Pulau-pulau
tersebut hanya berpotensi ketika teknologi perang dengan kapal laut sebelum
perang dunia. Jepang hanya menjadikan pulau Onrust sebagai penjara bagi apra
penjahat kriminal kelas berat.
Pada masa Indoensia
merdeka pulau ini dimanfaatkan sebagai rumah sakit karantina bagi penderita
penyakit menular dibawah pengawasan departemen kesehatan R.I. hingga awal tahun
1960-an. Ruah Sakit ini kemudian dipindah ke Pos VII Pelabuhan Tanjung Periok.
Sumber : Buku
Penelitian Arkeologi Pulau Onrust terbitan Pemerintah DKI Jakarta Dinas Museum
dan Sejarah Tahun 1993.
No comments:
Post a Comment