Dalam displin Ilmu Ekonomi, ada
berbagai macam faham yang dikembangkan berbagai tokoh dari zaman ke zaman. Dalam
tulisan ini akan membahas salah satu faham yang dipelopori Karl Heindrich Marx
(1818-1883). Dia adalah orang yang dianggap berpengaruh dalam paham sosialis.
Dari segi teoritis, banyak pakar dan pemikir ekonomi yang mengaku bahwa argument
Marx sangat dalam dan luas. Teori-teorinya tidak hanya didasarkan atas
pandangan ekonomi saja, tetapi juga melibatkan moral, etika, sosial, politik,
sejarah, falsafah dan sebagainya.
Suatu
hal yang agak istimewa dari teori Marx, hamper seluruh pandangan Marx diliputi
oleh konflik. Ajaran Marx yang penuh dengan konflik ini boleh jadi sangat
dipengaruhi oleh kehidupan pribadi Marx sendiri yang penuh dengan pertentangan.
Pada waktu muda, ia mula-mula tertarik pada bidang hokum karena ingin meniti
karier di pemerintahan. Akan tetapi oposisinya terhadap pemerintah jerman
(waktu itu) membuatnya mustahil untuk mendapat kedudukan di pemerintahan. Oleh karena
itu ia mengalihkan studi ke filsafah dengan harapan dapat memperoleh karier di
dunia universitas. Namun, disertasi doktoralnya tentang akar doktrin Stoic dan
Epicurus telah membawanya pada paham Atheis. Hal ini menyebabkannya tersingkir
dari dunia universitas. Sebagai langkah pelarian, ia memutuskan menjadi
wartawan. Tulisan-tulisannya lebih sering mengkritik pemerintah daripada memberi
saran-saran perbaikan.
Perkawinan
Mark dengan anak seorang Baron (gelar kaum bangsawan di Jerman),
memungkinkannya bergaul dengan banyak kalangan, antara lain para penganut
sosialis. Salah seorang diantaranya adalah Joseph Proudhon (1808-1865), yang
kemudian banyak memengaruhi pemikiran-pemikiran Marx. Proudhon sangat membenci
kaum kapitalis. Hal ini dapat dilihat dari tulisan-tulisannya. Dalam salah satu
tulisannya ia menanyakan:”Apa yang dimaksud dengan kekayaan?” (What is property?). Pertanyaan tersebut
ia jawab sendiri: “kekayaan adalah hasil curian!” (Properti is Theft).
A.
Kecaman Marx terhadap Sistem Kapitalis
Karl Marx sangat benci dengan system
perekonomian liberal yang digagas olehAdam Smith dan kawan-kawan.untuk
menunjukan kebenciannya, Marx menggunakan berbagai argument untuk “membuktikan”
bahwa system liberal/kapitalis itu buruk. Argument-argumen Marx dapat dilihat
dari berbagai segi, baik dari sisi moral, sosiologi maupun ekonomi.
Dari segi ekonomi, Marx melihat
bahwa akumulasi capital di tangan kapitalis memungkinkan terciptanya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi pembangunan dalam system kapitalis
sangat bias terhadap pemilik modal. Untuk bias membangun secara nyata bagi
seluruh lapisan masyarakat,perlu dilakukan perombakan stuktural melalui
revolusi sosial. Jika langkah ini berhasil,langkah berikutnya yang harus
diambilialah penataan kembali hubungan produksi (khususnya dalam system kepemilikan
tanah, alat-alat produksi, dan modal). Menurut Marx, hanya atas hubungan yang
lebih manusiawi ini pembangunan dapat berjalan lancer tanpa hambatan dan dapat
diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
B.
Teori Pertentangan Kelas
Dalam buku Manifesto Komunis dapat diikuti bagaimana teori Marx tentang
pertentangan kelas. Menurut Marx, sejarah segala masyarakat yang ada hingga
sekarang pada hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas. Dizaman kuno ada
kaum bangsawan yang bebas dan kaum budak yang terikat. Diabad pertengahan ada
tuan tanah sebagai pemilik dan hamba sahaya yang menggarap tanah bukan
kepunyaannya. Bahkan, di zaman modern ini ada majikan yang memiliki alat-alat
produksi dan buruh yang hanya punya tenaga kerja untuk dijual kepada majikan. Disamping
itu ada juga masyarakat kelas kaya (the
haves) dan kelas masyarakat tak berpunya (the haves not). Semua kelas-kelas masyarakat ini dianggap Marx
timbul sebagai hasil dari kehidupan ekonomi masyarakat.
C.
Fase-fase Perkembangan Masyarakat.
Menurut Marx, semua kelompok
masyarakat akan mengalami fase-fase sebagai berikut.
1.
Komunisme primitive (suku),
2.
Perbudakan,
3.
Feodalisme,
4.
Sosialisme,
5.
Komunisme.
D.
Perbedaan Sosialisme dan Komunisme Menurut Marx
Marx membedakan fase sosialisme
dengan komunisme penuh atau lengkap. Perbedaan diantara kedua fase tersebut
dapat dilihat dari:
1.
Produktifitas;
2.
Hakikat manusia sebagai produsen; dan
3.
Pembagian pendapatan.
Dalam fase sosialisme, produktivitas masih rendah dan
kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup. Sementara itu, dalam fase
komunisme penuh produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi
sudah diproduksi secara cukup.dengan begitu perekonomian dapat memenuhi
kebutuhan semua anggota masyarakat secara berkelimpahan. Tentang hakikat
manusia sebagai produsen, dalam fase sosialisme manusia belum cukup
menyesuaikan diri sehingga menjadikan kerja sebagai hakikat dari mementingkan
intensif materi untuk bekerja. Pada tahap komunisme penuh, kerja sudah menjadi
hakikat. Manusia bekerja dengan penuh kegembiraan, suka cita. Semua pekerjaan
dilakukan dengan sukarela, dengan efisien,tanpa terlalu mengharapkan
insentif langsung seperti upah, yang
hanya merupakan produk sampingan dari kerja. Tentang pembagian atau distribusi
pendapatan, dalam fase sosialisme berlakuprinsip: ”from each according to his ability, to each according to hislabor” (dari masing-masing sesuai dengan
kemampuannya, untuk setiap orang sesuai dengan pekerjaannya sendiri),
sedangkan dalm fase komunisme penuh prinsipnya adalah: “from each according to his ability, to each according to his needs”( dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk
setiap orang sesuai dengan kebutuhannya).
Daftar Pustaka
Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009