Saturday, October 20, 2018

Puisi-Puisi Goenawan Mohamad


1

Aktor
untuk Moh. Sunjaya

Aktor terakhir menutup pintu
"Chaesar, aku pulang."
dan ruang-rias kosong. Cermin jadi dingin
seperti wajah tua yang ditinggalkan

 Siapapun pulang, Meski pada jas dengan punggung yang berlobang
ia masih rasakan ujung pisau itu menikam dan akerdeon bernyanyi pada saat kematian

"Teater," sutradara selalu bergumam,"hanya kehidupan dua malam."
"Tetapi tetap kehidupan." ia ingin menjawab
ia selalu berasa bisa menjawab

Ia menyukai suaranya sendiri
dan beberapa kata-kata
tapi pada tiap rertuntukan panggung
ia lupa kata-kata

Pada tiap reruntukan panggung
ia hanya ingin tiga detik - tiga detik yang yakin :
Dalam lorong kapai-kapai, abu tak berhenti
hanya karena cahaya tak ada lagi

Ia tak menyukai melankoli

2012

2

Teleskop

Ia memandangimu dari jauh : sebuah teleskop tua, yang tak akan kelihatan
seseorang yang sedikit sok-tahu tapi maklum : pejalan cahaya yang sebenarnya takut menyentuhmu

itu sebabnya, nak, pada sebuah sore, ia bertekad pergi ke pohon tumbang itu
tempat kau pada suatu hari duduk. tak ada jejak disana
mungkin tubuhmu selamanya tak menginjak bumi : seperti capung dengan mata yang tak tampak dan sayap yang bergetar berulang kali

Ia tahu tanganmu menanting jam
berkeringat
tapi ia tak akan berani menghambur ke depan menawarkan akhir yang lain
ia hanya akan kembali memandangimu dari jarak yang tak tentu
merasa makin tua, merasa makin jauh, dalam ruang yang memuai, meskipun ia tetap sisipkan teleskop itu

Di saku jaketnya
sebenarnya sejak tahun itu, sejak ia melihatmu terdiam di depan pintu itu,
ia sudah ingin berkata : lihat, aku tak menguntitmu
tapi ia tak pernah yakin kepada siapa ia berkata
ia cuma yakin suaranya tak mengejutkan
hanya jam itu, di tanganmu, yang selamanya mengejutkan

2009

3

Dalam Kemah

sudah sejak awal kita berterus terang dengan sebuah teori : Cinta adalah potongan-potongan pendek interupsi-lima menit, tujuh menit, empat ... dan aku akan menatapmu dalam tidur

apakah yang bisa bikin kau lelap setelah percakapan?
mungkin sebenarnya kita terlena oleh suara hujan di terpal kemah
di ruang yang melindungi kita untuk sementara ini aku, optimis,
selalu menyangka gerimis sebenarnya ingin menghibur,
hanya nyala tak ada lagi : kini petromaks seakan-akan terbenam
jam jadi terasa kecil
dan ketika hujan berhenti, malam memanjang karena pohon-pohon berbunyi

kemudian kau mimpi. kulihat seorang lelaki keluar dari dingin dan asp nafasmu:
kulihat sosok tubuhku, berjalan keluar hutan
aku tak bisa memanggilnya

Aku dekap kamu
Setelah itu bau kecut rumput, harum marijuana, pelan-pelan meninggalkan kita

2010




Sek
 
2012hak Pada pukul 16:00, di bawah jembatan itu ia dengar ”sekhak”. Seperti bunyi waktu. Seorang pemain catur selalu mengatakan kata itu sebelum saatnya. Dan seekor kuda rubuh. Dua bidak lari ke sudut. Tak ada yang akan mengatakan raja akan tumbang pada langkah ke-20. Sore dan debu bertaut. Ia bayangkan sebuah perang dalam asap. Di bawah langit diam, di petak terdepan, ada selembar bendera dengan huruf yang hampir tak terbaca: ”Akulah pion yang gugur pertama.” Tapi tak seorang pun tahu kenapa prajurit itu–ia tak berwajah –berdiri di sana, siap dalam parit, meskipun merasa bodoh dengan mantelnya yang berat. Di seragamnya tak tertulis nama. Hari tumbuh makin hitam. Hanya ada cahaya api di unggun kecil. Hanya ada bau sup pada cerek, seperti bau busuk pada koreng. Tapi ia berharap. ”Jangan serahkan kami, Maestro, kepada nasib.” Siapa orang yang bergumam, siapa yang berdoa? Para uskup berdiri di petak kanan, di antara ksatria dan kavaleri, putih, hitam, sebuah deretan kerap sepanjang meja. Jam berdetak-detak seperti suara tongkat orang buta yang tabah. Ster. Sekhak. ”Jangan serahkan kami pada nasib.” Tapi tiga pion lagi rubuh. Sebuah benteng muncul perkasa dari pojok. Musuh menyerbu. Sayap kiri bengkah. Di papan yang datar itu, hanya ada derap bergegas dan trompet infantri. Parit-parit dikosongkan. Roda-roda kanon didorong. ”Dengarkan suaraku, dengarkan suaraku, komandan peleton!” Barangkali asap adalah setanggi, Maestro. Barangkali sudah datang saat berkabung. Akan selalu ada ratu yang dikabarkan tertawan, dan bendera-bendera diturunkan, dan opsir yang berpikir: jangan-jangan perang tak mesti berhenti. Pada batang rokok yang kedua seseorang tertawa: kita akan pergi, Bung. Tapi di meja itu, di papan itu, pergi serasa menakutkan. Selalu ada sebuah fantasi tentang menang dan mengerti, sampai punah bidak di dataran pertama dan kau dengar ”sekhak”. Ia tak tahu apa yang harus diingat dari kata itu. 2010

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puisi- Puisi Goenawan Mohamad", https://nasional.kompas.com/read/2010/02/21/03115919/Puisi..Puisi.Goenawan.Mohamad.
Sekhak Pada pukul 16:00, di bawah jembatan itu ia dengar ”sekhak”. Seperti bunyi waktu. Seorang pemain catur selalu mengatakan kata itu sebelum saatnya. Dan seekor kuda rubuh. Dua bidak lari ke sudut. Tak ada yang akan mengatakan raja akan tumbang pada langkah ke-20. Sore dan debu bertaut. Ia bayangkan sebuah perang dalam asap. Di bawah langit diam, di petak terdepan, ada selembar bendera dengan huruf yang hampir tak terbaca: ”Akulah pion yang gugur pertama.” Tapi tak seorang pun tahu kenapa prajurit itu–ia tak berwajah –berdiri di sana, siap dalam parit, meskipun merasa bodoh dengan mantelnya yang berat. Di seragamnya tak tertulis nama. Hari tumbuh makin hitam. Hanya ada cahaya api di unggun kecil. Hanya ada bau sup pada cerek, seperti bau busuk pada koreng. Tapi ia berharap. ”Jangan serahkan kami, Maestro, kepada nasib.” Siapa orang yang bergumam, siapa yang berdoa? Para uskup berdiri di petak kanan, di antara ksatria dan kavaleri, putih, hitam, sebuah deretan kerap sepanjang meja. Jam berdetak-detak seperti suara tongkat orang buta yang tabah. Ster. Sekhak. ”Jangan serahkan kami pada nasib.” Tapi tiga pion lagi rubuh. Sebuah benteng muncul perkasa dari pojok. Musuh menyerbu. Sayap kiri bengkah. Di papan yang datar itu, hanya ada derap bergegas dan trompet infantri. Parit-parit dikosongkan. Roda-roda kanon didorong. ”Dengarkan suaraku, dengarkan suaraku, komandan peleton!” Barangkali asap adalah setanggi, Maestro. Barangkali sudah datang saat berkabung. Akan selalu ada ratu yang dikabarkan tertawan, dan bendera-bendera diturunkan, dan opsir yang berpikir: jangan-jangan perang tak mesti berhenti. Pada batang rokok yang kedua seseorang tertawa: kita akan pergi, Bung. Tapi di meja itu, di papan itu, pergi serasa menakutkan. Selalu ada sebuah fantasi tentang menang dan mengerti, sampai punah bidak di dataran pertama dan kau dengar ”sekhak”. Ia tak tahu apa yang harus diingat dari kata itu. 2010

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puisi- Puisi Goenawan Mohamad", https://nasional.kompas.com/read/2010/02/21/03115919/Puisi..Puisi.Goenawan.Mohamad.
Sekhak Pada pukul 16:00, di bawah jembatan itu ia dengar ”sekhak”. Seperti bunyi waktu. Seorang pemain catur selalu mengatakan kata itu sebelum saatnya. Dan seekor kuda rubuh. Dua bidak lari ke sudut. Tak ada yang akan mengatakan raja akan tumbang pada langkah ke-20. Sore dan debu bertaut. Ia bayangkan sebuah perang dalam asap. Di bawah langit diam, di petak terdepan, ada selembar bendera dengan huruf yang hampir tak terbaca: ”Akulah pion yang gugur pertama.” Tapi tak seorang pun tahu kenapa prajurit itu–ia tak berwajah –berdiri di sana, siap dalam parit, meskipun merasa bodoh dengan mantelnya yang berat. Di seragamnya tak tertulis nama. Hari tumbuh makin hitam. Hanya ada cahaya api di unggun kecil. Hanya ada bau sup pada cerek, seperti bau busuk pada koreng. Tapi ia berharap. ”Jangan serahkan kami, Maestro, kepada nasib.” Siapa orang yang bergumam, siapa yang berdoa? Para uskup berdiri di petak kanan, di antara ksatria dan kavaleri, putih, hitam, sebuah deretan kerap sepanjang meja. Jam berdetak-detak seperti suara tongkat orang buta yang tabah. Ster. Sekhak. ”Jangan serahkan kami pada nasib.” Tapi tiga pion lagi rubuh. Sebuah benteng muncul perkasa dari pojok. Musuh menyerbu. Sayap kiri bengkah. Di papan yang datar itu, hanya ada derap bergegas dan trompet infantri. Parit-parit dikosongkan. Roda-roda kanon didorong. ”Dengarkan suaraku, dengarkan suaraku, komandan peleton!” Barangkali asap adalah setanggi, Maestro. Barangkali sudah datang saat berkabung. Akan selalu ada ratu yang dikabarkan tertawan, dan bendera-bendera diturunkan, dan opsir yang berpikir: jangan-jangan perang tak mesti berhenti. Pada batang rokok yang kedua seseorang tertawa: kita akan pergi, Bung. Tapi di meja itu, di papan itu, pergi serasa menakutkan. Selalu ada sebuah fantasi tentang menang dan mengerti, sampai punah bidak di dataran pertama dan kau dengar ”sekhak”. Ia tak tahu apa yang harus diingat dari kata itu. 2010

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puisi- Puisi Goenawan Mohamad", https://nasional.kompas.com/read/2010/02/21/03115919/Puisi..Puisi.Goenawan.Mohamad.
Sekhak Pada pukul 16:00, di bawah jembatan itu ia dengar ”sekhak”. Seperti bunyi waktu. Seorang pemain catur selalu mengatakan kata itu sebelum saatnya. Dan seekor kuda rubuh. Dua bidak lari ke sudut. Tak ada yang akan mengatakan raja akan tumbang pada langkah ke-20. Sore dan debu bertaut. Ia bayangkan sebuah perang dalam asap. Di bawah langit diam, di petak terdepan, ada selembar bendera dengan huruf yang hampir tak terbaca: ”Akulah pion yang gugur pertama.” Tapi tak seorang pun tahu kenapa prajurit itu–ia tak berwajah –berdiri di sana, siap dalam parit, meskipun merasa bodoh dengan mantelnya yang berat. Di seragamnya tak tertulis nama. Hari tumbuh makin hitam. Hanya ada cahaya api di unggun kecil. Hanya ada bau sup pada cerek, seperti bau busuk pada koreng. Tapi ia berharap. ”Jangan serahkan kami, Maestro, kepada nasib.” Siapa orang yang bergumam, siapa yang berdoa? Para uskup berdiri di petak kanan, di antara ksatria dan kavaleri, putih, hitam, sebuah deretan kerap sepanjang meja. Jam berdetak-detak seperti suara tongkat orang buta yang tabah. Ster. Sekhak. ”Jangan serahkan kami pada nasib.” Tapi tiga pion lagi rubuh. Sebuah benteng muncul perkasa dari pojok. Musuh menyerbu. Sayap kiri bengkah. Di papan yang datar itu, hanya ada derap bergegas dan trompet infantri. Parit-parit dikosongkan. Roda-roda kanon didorong. ”Dengarkan suaraku, dengarkan suaraku, komandan peleton!” Barangkali asap adalah setanggi, Maestro. Barangkali sudah datang saat berkabung. Akan selalu ada ratu yang dikabarkan tertawan, dan bendera-bendera diturunkan, dan opsir yang berpikir: jangan-jangan perang tak mesti berhenti. Pada batang rokok yang kedua seseorang tertawa: kita akan pergi, Bung. Tapi di meja itu, di papan itu, pergi serasa menakutkan. Selalu ada sebuah fantasi tentang menang dan mengerti, sampai punah bidak di dataran pertama dan kau dengar ”sekhak”. Ia tak tahu apa yang harus diingat dari kata itu. 2010

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puisi- Puisi Goenawan Mohamad", https://nasional.kompas.com/read/2010/02/21/03115919/Puisi..Puisi.Goenawan.Mohamad.
Sekhak Pada pukul 16:00, di bawah jembatan itu ia dengar ”sekhak”. Seperti bunyi waktu. Seorang pemain catur selalu mengatakan kata itu sebelum saatnya. Dan seekor kuda rubuh. Dua bidak lari ke sudut. Tak ada yang akan mengatakan raja akan tumbang pada langkah ke-20. Sore dan debu bertaut. Ia bayangkan sebuah perang dalam asap. Di bawah langit diam, di petak terdepan, ada selembar bendera dengan huruf yang hampir tak terbaca: ”Akulah pion yang gugur pertama.” Tapi tak seorang pun tahu kenapa prajurit itu–ia tak berwajah –berdiri di sana, siap dalam parit, meskipun merasa bodoh dengan mantelnya yang berat. Di seragamnya tak tertulis nama. Hari tumbuh makin hitam. Hanya ada cahaya api di unggun kecil. Hanya ada bau sup pada cerek, seperti bau busuk pada koreng. Tapi ia berharap. ”Jangan serahkan kami, Maestro, kepada nasib.” Siapa orang yang bergumam, siapa yang berdoa? Para uskup berdiri di petak kanan, di antara ksatria dan kavaleri, putih, hitam, sebuah deretan kerap sepanjang meja. Jam berdetak-detak seperti suara tongkat orang buta yang tabah. Ster. Sekhak. ”Jangan serahkan kami pada nasib.” Tapi tiga pion lagi rubuh. Sebuah benteng muncul perkasa dari pojok. Musuh menyerbu. Sayap kiri bengkah. Di papan yang datar itu, hanya ada derap bergegas dan trompet infantri. Parit-parit dikosongkan. Roda-roda kanon didorong. ”Dengarkan suaraku, dengarkan suaraku, komandan peleton!” Barangkali asap adalah setanggi, Maestro. Barangkali sudah datang saat berkabung. Akan selalu ada ratu yang dikabarkan tertawan, dan bendera-bendera diturunkan, dan opsir yang berpikir: jangan-jangan perang tak mesti berhenti. Pada batang rokok yang kedua seseorang tertawa: kita akan pergi, Bung. Tapi di meja itu, di papan itu, pergi serasa menakutkan. Selalu ada sebuah fantasi tentang menang dan mengerti, sampai punah bidak di dataran pertama dan kau dengar ”sekhak”. Ia tak tahu apa yang harus diingat dari kata itu. 2010

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puisi- Puisi Goenawan Mohamad", https://nasional.kompas.com/read/2010/02/21/03115919/Puisi..Puisi.Goenawan.Mohamad.
Sekhak Pada pukul 16:00, di bawah jembatan itu ia dengar ”sekhak”. Seperti bunyi waktu. Seorang pemain catur selalu mengatakan kata itu sebelum saatnya. Dan seekor kuda rubuh. Dua bidak lari ke sudut. Tak ada yang akan mengatakan raja akan tumbang pada langkah ke-20. Sore dan debu bertaut. Ia bayangkan sebuah perang dalam asap. Di bawah langit diam, di petak terdepan, ada selembar bendera dengan huruf yang hampir tak terbaca: ”Akulah pion yang gugur pertama.” Tapi tak seorang pun tahu kenapa prajurit itu–ia tak berwajah –berdiri di sana, siap dalam parit, meskipun merasa bodoh dengan mantelnya yang berat. Di seragamnya tak tertulis nama. Hari tumbuh makin hitam. Hanya ada cahaya api di unggun kecil. Hanya ada bau sup pada cerek, seperti bau busuk pada koreng. Tapi ia berharap. ”Jangan serahkan kami, Maestro, kepada nasib.” Siapa orang yang bergumam, siapa yang berdoa? Para uskup berdiri di petak kanan, di antara ksatria dan kavaleri, putih, hitam, sebuah deretan kerap sepanjang meja. Jam berdetak-detak seperti suara tongkat orang buta yang tabah. Ster. Sekhak. ”Jangan serahkan kami pada nasib.” Tapi tiga pion lagi rubuh. Sebuah benteng muncul perkasa dari pojok. Musuh menyerbu. Sayap kiri bengkah. Di papan yang datar itu, hanya ada derap bergegas dan trompet infantri. Parit-parit dikosongkan. Roda-roda kanon didorong. ”Dengarkan suaraku, dengarkan suaraku, komandan peleton!” Barangkali asap adalah setanggi, Maestro. Barangkali sudah datang saat berkabung. Akan selalu ada ratu yang dikabarkan tertawan, dan bendera-bendera diturunkan, dan opsir yang berpikir: jangan-jangan perang tak mesti berhenti. Pada batang rokok yang kedua seseorang tertawa: kita akan pergi, Bung. Tapi di meja itu, di papan itu, pergi serasa menakutkan. Selalu ada sebuah fantasi tentang menang dan mengerti, sampai punah bidak di dataran pertama dan kau dengar ”sekhak”. Ia tak tahu apa yang harus diingat dari kata itu. 2010

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puisi- Puisi Goenawan Mohamad", https://nasional.kompas.com/read/2010/02/21/03115919/Puisi..Puisi.Goenawan.Mohamad.

Saturday, July 14, 2018

TENTANG COFFEE SHOP ATAU KEDAI KOPI

Tentang Coffee Shop atau Kedai Kopi



Sekarang ini kedai kopi atau biasa kita sebut Coffee Shop telah menjadi tempat yang multifungsi, bukan hanya untuk menikmati aneka macam kopi tetapi juga telah menjadi tempat beraneka ragam fungsi (multifungsi). entah itu sekedar ngobrol-ngobrol sambil menikmati kopi dan makanannya, tempat bertukar fikiran, tempat curhat, tempat bertemu relasi kerja, teman-teman atau sekedar tempat untuk merefresh kembali fikiran dari aktifitas sehari hari. bahkan ada juga yang menjadikan Coffee Shop sebagai tempat menyenanngkan untuk menulis. 

Coffee Shop sekarang telah berevolusi menjadi tepat yang multifungsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah perkembangan zaman, perkembangan media Sosial dan kebutuhan hidup di kota-kota besar. Hampir semua Coffee Shop saat ini menyediakan sarana Free Wifi untuk menarik pengunjung sehingga mereka dapat nyaman berlama-lama nongkrong di sana. selain itu, ciri yang juga mencolok Coffee Shop saat ini adalah dekorasi tempat yang menarik. tak jarang pengunjung yang datang menggunakan Coffee Shop sebagai tempat untuk berfoto yang kemudian akan dibagikannya ke berbagai akun media sosial yang dimiliki. kadang juga dijadikan sebagai tempat mencari ketenangan bagi para pekerja di kota-kota besar untuk mengobati ketenangannya dengan kenikmatan kopi dan suasana tempatnya.

Meski begitu, Coffee Shop atau kedai kopi memiliki sejarah yang panjang dalam perkembangan peradaban manusia yang menjadi gaya hidup. Dalam sejarah eropa, kedai kopi menjadi tempat media interaksi sosial bagi berbagai kaum dan kelas. bahkan pada masa lalu, kedai kopi menjadi media untuk mendapatkan dan menyebarkan informasi sebelum adanya media massa seperti sekarang ini.

Berikut saya kutip artikel tentang evolusi kedai kopi dari berbagai sumber.


Kedai Kopi Pertama di Dunia

Kedai kopi pertama di dunia yang tercatat diketahui muncul pada 1475. Kedai kopi ini bernama Kiva Han dan berada di Kota Konstantinopel (sekarang Istanbul) Turki. Kedai kopi ini diketahui menjadi coffee shop pertama yang buka dan melayani pengunjungnya dengan kopi khas Turki. Pada masa itu, kopi adalah unsur penting dalam kebudayaan Turki. Sangkin pentingnya bahkan ada hukum yang mengatakan jika seorang suami tidak memberikan pasokan kopi yang cukup untuk istrinya, maka istrinya berhak menceraikan sang suami. Kopi di Turki ini disajikan kuat, hitam dan tanpa filter. Orang-orang Turki gemar menikmati kopi mereka dengan memasaknya dengan ibrik (pot ala Turki). Budaya minum kopi seperti ini masih diterapkan di Turki hingga sekarang.




Kedai Kopi Pertama di Eropa

Ide minum kopi pertama dengan krim dan gula awalnya ada di Eropa pada 1529 dan ini adalah waktu sama saat kedai kopi pertama di Eropa didirikan. Pada masa itu, Kota Wina Austria diserbu oleh tentara Turki. Dan para tentara ini meninggalkan banyak sekali pasokan kopi di Wina pada saat mereka melarikan diri dari Wina. Adalah Franz Georg Kolschitzky yang mengklaim kopi-kopi tentara Turki ini sebagai rampasan perang. Lalu Kolschitzky membuka sebuah kedai kopi yang diketahui sebagai kedai kopi pertama di Eropa. Kolschitzky ternyata dulu pernah tinggal di Turki dan dia merupakan satu-satunya orang di Wina yang mengetahui betapa berharganya biji kopi mengingat tidak popularnya kopi pada masa itu.

Di kedai kopinya ini Kolschitzky memperkenalkan gagasan minum kopi dengan menggunakan penyaring dan juga menikmati kopi dengan susu dengan gula. Minuman yang digagas Kolschitzky ini mendapat sambutan baik dan sejak itu mulailah bermunculan kedai-kedai kopi yang tak hanya menjual kopi tetapi juga makanan manis sebagai teman minum kopi. Pada masa itu popularitas kopi merebak dan berkembang hingga ke Inggris.


Kedai Kopi Menyebar Hingga ke Inggris

Penyebaran kedai kopi semakin luas hingga sampai ke Inggris. Kedai kopi pertama di Inggris dibuka pada 1652. Meskipun kedai kopi telah popular di Eropa, inspirasi dibukanya kedai kopi di Inggris tetap berkiblat dari Turki. Pedagang Inggris yang menjual barang-barang asal Turki (termasuk kopi) ditinggakan oleh dua budaknya yang berniat membuka bisnis mereka sendiri. Dan sejak itu sebuah kedai kopi bernama “The Turk’s Head” lahir di Inggris.

Ternyata Inggris jugalah yang pertama kali menggunakan kata “tips” yang dipakai hingga sekarang. Sebuah toples bertuliskan “tips” biasa kita lihat di coffee bar. Pada masa itu orang-orang Inggris meletakkan uang koin ke dalam sebuah toples kaca agar dilayani dengan cepat saat memesan kopi. Dan ya, budaya itu dipakai di kedai-kedai kopi modern sebagai ucapan terima kasih terhadap barista.
Orang-orang Inggris pada masa itu menyebut kedai kopi mereka dengan sebutan “penny universities” karena harga kopinya dan para bisnisman kelas atas sering nongkrong di sana. Faktanya, sebuah coffee shop kecil yang didirikan oleh Edward Llyoyd pada 1668 menjadi sebuah pusat bisnis. Dan akhirnya dioperasikan sebagai tempat perusahaan asuransi London.
Dari sana, ide kedai kopi menyebar lebih jauh di dataran Eropa. Masuk ke Italia pada 1654 lalu menyebar ke Paris pada 1672. Sedangkan di Jerman kedai kopi pertama dibuka pada 1673.


Kedai Kopi di Amerika

Saat Amerika dijajah oleh Inggris, saat itu jugalah budaya kedai kopi masuk ke sana. Peran kedai kopi di Amerika awalnya sama dengan yang ada di Inggris yaitu sebagai pusat komunitas bisnis. The Tontine Coffee House pada 1792 di New York adalah lokasi awal dari New York Stock Exchange dikarenakan banyakannya transaksi bisnis yang dilakukan di sana.
Pada saat itu kedai kopi masih menyajikan kopi biasa sampai datanglah sebuah jenis kopi baru bernama espresso. Pada 1946, Gaggia menemukan mesin piston espresso komersial yang jauh lebih mudah digunakan dari model sebelumnya. The Gaggia Coffee Bar di Italia adalah lokasi pertama yang menggunakan mesin ini dan melayani penjualan kopi biasa dan juga espresso. Di titik inilah kedai kopi modern akhirnya lahir.


 Kedai Kopi Modern

Tentu saja kedai kopi masa lalu berbeda dengan kedai kopi sekarang yang tak hanya menyediakan menu minuman kopi tetapi juga makanan sebagai menu utamanya. Tim Horton adalah salah satu nama yang menggabungkan antara menyediakan minuman kopi dan makanan. Meskipun mereka menjual makanan, Tim Horton juga dikenal dunia karena kopinya yang sungguh baik. Tapi mereka tidak dapat dikategorikan sebagai kedai kopi specialty karena tidak melayani minuman espresso dan minuman berbasis espresso manapun.
Bicara soal kedai kopi modern rasanya tak lengkap jika tak menyebutkan Starbucks sebagai salah satu fenomena di industri kopi. Starbucks membuka gerai pertamanya di Seattle Amerika Serikat pada 1971. Dan sejak itu mereka terus berkembang dan melebarkan diri hingga ke 8.000 gerai di seluruh dunia.
Hingga saat ini perkembangan kedai kopi terus terjadi di seluruh belahan dunia. Di Indonesia sendiri banyak bertumbuh kedai-kedai kopi independen yang menyajikan kopi dan membangun kedainya dengan konsep yang berbeda-beda. 

Sumber : https://majalah.ottencoffee.co.id/evolusi-kedai-kopi/



SEJAK Baba Budan, seorang jamaah haji asal Mysore, India, menyelundupkan tujuh biji bibit kopi dari Jazirah Arab ke kampungnya di India pada abad ke-15, penyebaran kopi ke seluruh dunia tinggal menunggu waktu. Benua biru, Eropa, menjadi wilayah selanjutnya yang diinvasi bebijian pahit ini. Namun, hingga abad ke-17, pengetahuan “orang-orang Barat’ perihal kopi boleh dibilang minim. 

Kronik sekira tahun 1600, yang berisi sekelompok pemuka gereja mendatangi Paus Clement VIII untuk memintanya memfatwa haram kopi, menggambarkan betapa asingnya mereka terhadap kopi. Catatan Sir George Sandys, penyair asal Inggris, pada 1610 masih menunjukkan hal yang sama. Dia menulis, orang-orang Turki bisa ngobrol hampir sepanjang hari sambil menyeruput minuman yang digambarkan sebagai “sehitam jelaga, dan rasanya tak biasa”. Sandys juga mengatakan bahwa minuman ini, “sebagaimana mereka (orang-orang Turki) bilang, membuat plongpencernaan dan menyegarkan tubuh.”

Baru pada 1615 orang-orang Eropa secara formal berkenalan dengan kopi. Saat itu para pedagang dari Venezia, Italia, membawa pulang kopi dari daerah Levant, yang kini dikenal sebagai area Timur Tengah, meliputi Israel, Yordania, Libanon, dan Syiria. Setahun kemudian, sebagaimana ditulis pemilik situs gallacoffee.co.uk, James Grierson, dalam  artikel “History of Coffee: Part III - Colonisation of Coffee”, giliran orang Belanda yang membawa kopi dari daerah Adan, Yaman, lalu membudidayakannya, dari Ceylon (sekarang Sri Lanka) hingga ke Nusantara. Belanda akhirnya memetik hasil. Mereka memonopoli industri kopi dunia, bahkan bisa menentukan harga. Puncaknya, pada 1700-an, kopi produksi Jawa bersaing dengan kopi asal Mocha,Yaman, sebagai produk kopi paling populer di dunia.

Awalnya orang-orang Eropa memperlakukan kopi sebagai bahan medis yang memberikan efek positif buat tubuh. Harganya mahal. Umumnya dikonsumsi masyarakat kelas atas. Pada 1650-an, ketika penjaja minuman lemon di Italia mengikutsertakan kopi sebagai barang jualannya, sementara kedai-kedai kopi di Inggris bermunculan, minuman ini mulai menemukan dimensi sosialnya; dikonsumsi sembari berbincang-bincang.

Saat kopi mulai menyebar ke negara-negara besar Eropa, cerita lama berulang kembali. Muncul pihak-pihak yang menentangnya. Menurut Linda Civitello dalam Cuisine and Culture: A History of Food and People, pada 1679, dokter-dokter dari Prancis membuat catatan buruk tentang kopi. Dikatakannya, “...dengan penuh kengerian bahwa kopi membuat orang tak lagi doyan wine.” Serangan ini disusul oleh seorang dokter muda yang menganggap kopi bisa mengakibatkan keletihan, menimbulkan hal-hal buruk pada otak manusia, menggerogoti fungsi tubuh, serta biang keladi impotensi.

Pihak yang membela pun segera bersuara. Seorang dokter, juga asal Prancis, Philippe Sylvestre Dufour, menerbitkan buku yang menilai positif minuman eksotik ini. Lalu pada 1696, seorang dokter Prancis juga mengatakan kopi baik untuk tubuh dan menyegarkan kulit. Namun, sebagaimana akan kita lihat nanti, oposisi terhadap kopi tak berhenti sampai di sini.

Ketika mulai menemukan dimensi sosialnya, kopi tak lagi sekadar minuman yang rutin dikonsumsi, tapi juga terlibat dalam banyak perubahan sosial-politik di Eropa. Linda Civitello mengatakan, untuk kali pertama orang (Eropa) memiliki alasan untuk berkumpul di ruang publik tanpa melibatkan alkohol. Kegiatan ini pun berkembang menjadi rutinitas sosial yang bersifat politis. Sebagaimana ditulis situs The Economist pada 7 Juli 2011, “Back to the coffee house”, pada era tersebut konsep media massa belum lagi dikenal. Berita tersebar dari mulut-ke mulut di kedai-kedai kopi, melalui proses dialogis. 

Para penguasa yang deg-degan, karena khawatir hal-hal politik dibincangkan orang di kedai-kedai kopi, mulai ambil kuda-kuda. Kekhawatiran itu tak berlebihan. Sejarawan Prancis, Michelet, dikutip Mark Pendergrast dalam Uncommon Grounds: The History of Coffee and How it Transformed Our World, menggambarkan penemuan kopi sebagai revolusi yang menguntungkan dan mampu memunculkan kebiasaan-kebiasaan baru, bahkan memodifikasi temperamen manusia. Ide-ide yang beredar dalam diskusi di kedai-kedai kopi pada akhirnya terakumulasi dalam peristiwa Revolusi Prancis.

Di Jerman, popularitas kopi mengganggu penguasanya, Frederick the Great. Pada 1777, dia mengeluarkan manifesto yang mendukung minuman tradisional Jerman, bir: “Menjijikkan melihat meningkatnya kuantitas kopi yang dikonsumsi rakyatku, dan implikasinya, jumlah uang yang keluar dari negara kita. Rakyatku harus minum bir. Sejak nenek moyang, kemuliaan kita dibesarkan oleh bir.” Hal serupa sempat terjadi di Prancis ketika kopi mulai menyaingi wine. Sementara di Inggris, King George II memusuhi kopi lantaran orang-orang yang berkumpul di kedai-kedai kopi kerap mengolok-olok dirinya.

Namun tak ada perlawanan paling keras terhadap eksistensi kedai kopi di London ketimbang Women’s Petition tahun 1674, yang memrotes terbuangnya waktu para lelaki di kedai kopi, serta tak memungkinkannya perempuan berkunjung ke kedai kopi, sebagaimana di Prancis. Lalu, pada 29 Desember 1675 Raja Inggris Charles II mengeluarkan pernyataan tentang Pelarangan Kedai Kopi, dengan alasan membuat orang mengabaikan tanggungjawab sosial serta mengganggu stabilitas kerajaan. Suara-suara protes pun bermunculan di London. Klimaksnya, dua hari sebelum aturan itu berlaku, raja mengundurkan diri. 

Di bagian lain Eropa, yakni Wina, Austria, perkenalan negeri ini dengan kopi seperti mengulang kisah klasik yang pernah terjadi di tempat lain. Juli 1683, pasukan Turki yang dipukul mundur meninggalkan beragam barang, termasuk lima ratus karung besar berisi kacang aneh, yang dianggap para tentara sebagai makanan unta. Karena ternyata unta-unta tak doyan, mereka lemparkanratusan karung tersebut ke api. Kolschitzky, seorang tentara yang pernah tinggal di Jazira Arab, terbangun oleh aroma kopi terbakar tersebut.  

“Demi Maria Yang Suci!” teriak Kolschitzky. “Yang kalian bakar itu kopi! Kalau kalian tak tahu gunanya, berikan padaku.” Makan dengan bekal tersebut ia membuka kedai kopi yang termasuk generasi awal di Wina. Beberapa dekade kemudian, kopi mewarnai kehidupan intelektual di kota tersebut. 

Namun gambaran kedai kopi tak melulu didominasi catatan positif. Begitu terbukanya tempat-tempat seperti ini membuat orang dari berbagai latar belakang kelas sosial dan karakter, bertemu bersamaan. Karenanya, seperti digambarkan sebuah catatatan yang dikutip Mark Pendergrast, di kedai kopi orang membaca, mengobrol; lalu-lalang orang, para perokok, dan beragam aroma bercampur jadi satu, tak ubahnya kabin tongkang.

Negara-negara lain di Eropa mulai mengenal kopi sekitar periode yang sama. Sementara negara-negara Skandinavia, yang paling buncit berkenalan dengan kopi, sebagaimana data tahun 2002 yang tertera di nationmaster.com, kini malah menjadi wilayah yang konsumsi kopi perkapitanya tertinggi di dunia.




Sejarah Kopi Di Dunia

Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala. Penggembala kambing yang bernama Khalid, di Kaffa, Ethiopia ini mendapati kambing-kambingnya sontak menjadi begitu bersemangat dan menggebu setelah mengunyah serumpun buah kemerahan yang mirip buah cherry.

Kopi telah dicatat sejarah sejak abad ke-9. Tadinya, kopi hanya ada di Ethiopia, dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia di dataran tinggi. Ketika bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi pun telah meluas sampai ke Afrika Utara. Disana biji kopi ditanam secara massal. Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari Asia sampai pasaran Eropa dan semakin bertambah tenar pula pemanfaatannya sebagai minuman.

Ada beberapa istilah tentang kopi ini, pada masyarakat Indonesia memang lebih akrab dengan sebutan kopi, di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menjulukinya kaffee, sedang dalam bahasa Arab dinamakan quhwah. Quhwah inilah yang kemudian menjadi kata serapan qahve oleh orang Turki yang menyajikannya sebagai minuman kepada tamu-tamu pedagang Italia. Dan, para pedagang Italia inilah yang kemudian membawa caffe (kata qahve yang diserap) ke daratan Eropa dan mulailah menyebar ke seluruh dunia menjadi minuman ajaib yang digilai banyak orang, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa, termasuk oleh Bethoven yang senantiasa menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya.

Sejak penemuan tumbuhan kopi, seorang sufi Ali Bin Omar dari Yaman juga menjadikan rebusan kopi sebagai obat penyakit kulit dan obat-obatan lainnya. Sehingga pada waktu itu kopi mendapat tempat terhormat di kalangan masyarakat negeri itu. Dari khasiat kopi tersebut akhirnya membawa kemakmuran bagi pemilik-pemilik kebun kopi, pengusaha kedai kopi, pedagang kopi, eksportir kopi, dan pemerintah di berbagai belahan dunia tanaman minuman beraroma khas itu ditanam.

Konon di Swedia, Raja Gustaff ke II pernah menjatuhkan hukuman terhadap dua orang saudara kembar. Yang satu hanya dizinkan meminum kopi dan yang satu lagi diizinkan hanya meminum teh. Siapa yang terlebih dahulu mati, maka dialah yang bersalah dalam satu tindak pidana yang dituduhkan terhadap mereka. Ternyata yang mati duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun.
Sejak itu orang-orang Swedia berbalik menjadi peminum kopi paling fanatik yang ada di dunia, sehingga sampai sekarang negara-negara Skandinavia kini peminum kopi tertinggi per kapita di dunia. Setiap orang bisa menghabiskan 12 kg lebih per tahun dibanding dengan di Indonesia yang hanya 0,6 kg per tahun.

Kopi dari masa ke masa
Ini dia, sedikit catatan tentang perjalanan kopi dari masa ke masa:
  • 1000 SM, Kopi mulai dikenal oleh suku Galla di Afrika Timur.
  • >5 M, Kopi sudah dikenal di pelosok Ethopia
  • 700-1000 M, Kopi dikenal pertama kali oleh bangsa Arab sebagai minuman energi (untuk begadang). Penyebaran kopi dimulai saat itu bersamaan dengan penyebaran Islam. Sumber kopi pertama di Mocha salah satu derah di Yemen (Yaman).
  • 1000 M, Ibnu Sina menyelidiki zat kimiawi kopi, dokumennya merupakan dokumen pertama yang diketahui membedah kopi dari ilmu kedokteran dan kesehatan.
  • 1400 M, Penyebaran kopi dan kedai kopi pesat di jazirah Arab, terutama Mekkah dan Madinah.
  • 1453 M, Kopi diperkenalkan di Konstantinopel oleh bangsa Turki (kekhalifahan Ottoman). Kedai kopi yang pertama kali tercatat disana bernama Kiva Han, dibuka tahun 1475.
  • 1511 M, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para Imam konservatif dan ortodoks di majelis keagamaan di Makkah.
  • 1524 M, karena popularitas minuman ini, larangan tersebut dihapuskan oleh Sultan Selim dari Kesultanan Utsmaniyah Turki.
  • 1532 M, larangan serupa disahkan pula di Kairo, Mesir. Kedai dan gudang kopi ditutup.
  • 1600 M, Paus Clement VIII, menegaskan untuk mempertimbangkan bahwa ‘budaya ngopi’ merupakan sebuah bid’ah, ‘budaya luar’ yang dapat mengancam (infidel) dan karena itu berdosa bagi yang meminumnya. Minuman kopi itu dianggap sengaja dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang tetapi juga menghukum orang-orang yang minum kopi. Namun kemudian ia mengizinkan jika ‘ngopi’ menjadi bagian (alternatif) dari makanan/minuman yang halal dimakan oleh seorang Kristen. Pada tahun itu juga, kopi dibawa dari Mekkah ke jazirah India (Asia kecil) oleh orang yang bernama Baba Budan ketika pulang haji dari Mekkah.
  • Abad 17 M, dari dunia Muslim, kopi menyebar ke eropa dan menjadi popular. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke eropa.
  • 1616 M, Kopi dibawa dari Mocha (Yaman) ke Belanda.
  • 1645 M, Kedai kopi pertama bernama Botega Delcafe dibuka di Venice, Italia. Yang kemudian menjadi tempat pertemuan para cerdik pandai di negara Pizza tersebut.
  • 1650 M, Kedai kopi pertama dibuka di negeri Kristen (Christendom) tepatnya di Oxford.
  • 1656 M, Wazir dan Kofri, Kerajaan Usmaniyah, mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, tetapi menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis, sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk minta cerai.
  • 1658 M, Belanda membuka kebun pertama di Ceylon (Srilanka)
  • 1668 M, Kedai kopi ‘Edward Lloyd’s’ dibuka di London. Dari kedai kopi inilah kemudian Edward membuka perusahaan asuransi paling terkemuka di dunia Lloyd of London Insurance.
  • 1668 M, kopi mulai dikenal di Amerika Utara.
  • 1669 M, kopi dikenalkan di Paris oleh duta besar Turki kepada raja Louis XIV.
  • 1670 M, London gandrung kopi. Kedai kopi dibuka di setiap sudut London. Kopi mulai diperkenalkan di Jerman. Di Brasilia, penanaman kopi di mulai. Jenis kopi yang ditanam adalah Coffea Arabica Lind.
  • 1671 M, Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka di Saint Germain Fair.
  • 1674 M, Petisi Perempuan menentang kopi dikeluarkan di London.
  • 1675 M, Hidangan teh (tea house) mulai dikenalkan di Belanda. Sebelumnya yang ada cuma sajian minuman bir/malt.
  • 1675 M, Raja Charles II menutup seluruh kedai kopi di London, tuduhan utamanya adalah kedai kopi sebagai tempat pemufakatan makar.
  • 1679 M, Ahli kimia di Marseilles, Prancis memberikan kesaksian bahwa kopi merusak dan membahayakan kesehatan.
  • 1679 M, Kedai kopi pertama dibuka di Hamburg, Jerman.
  • 1688 M, Lebih dari 800 kedai kopi dibuka di daerah Soho (Inggris). Terutama oleh pelarian Kristen Calvinis dari Prancis (Huguenots).
  • 1689 M, Café khas Perancis pertama dibuka, bernama Café de Procope-walau dengan suasana krisis setelah pengumuman kopi merusak kesehatan.
  • 1690 M, orang Belanda menyelundupkan biji kopi, karena tanaman atau biji kopinya tidak diijinkan keluar dari kawasan Arab, terkecuali yang sudah digoreng atau digongseng. Ini kemudian berlanjut penanaman kopi oleh Belanda di Jawa.
  • 1696 M, Kedai kopi pertama bernama The King’s Arms dibuka di New York. Di tahun yang sama, seorang warganegara Belanda bernama Zwaardecroon, membawa beberapa benih tanaman dari Mekkah ke Bogor, Indonesia. Dan, menjadi tanaman komoditas terpenting di Hindia Belanda.
  • 1706 M, Kopi Jawa diteliti Belanda di Amsterdam.
  • 1714 M, Kopi Jawa hasil penelitian, oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des Plantes oleh raja Louis XIV.
  • 1720 M, Kedai kopi Florian bertahan buka di Florence.
  • 1723 M, Gabriel du Clieu membawa biji kopi dari Prancis ke Martinique.
  • 1727 M, Francisco de Mello membawa biji kopi dari Prancis untuk ditanam di Brazil.
  • 1730 M, Inggris menanam kopi di Jamaica.
  • 1732 M, Johann Sebastian Bach membuat komposisi Coffee Cantata, di Leipzig. Kantata ini menggambarkan perjalanan spiritual yang juga sebagai parodi atas ketakutan orang Jerman terhadap pesatnya popularitas kopi di German (bangsa Jerman penggemar bir).
  • 1777 M, Raja Jerman (Prussia) mengumumkan kritikan dan pelarangan atas kopi, dan mengumumkan bir sebagai minuman nasional Jerman Raya. Sementara itu, saking begitu bergengsinya minuman kopi, Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun yang sama hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.
  • 1790 M, Kedai kopi awal khas British menghilang perlahan tergantikan oleh kedai beer (tavern).
  • 1802 M, Cafe sebagai kata yang menunjukkan tempat mulai diperkenalkan di Inggris (sebelumnya coffee house). Kata ini berasal dari kata Prancis ‘eafé’ dan hampir seakar dengan bahasa Italia ‘caffe’. Café menunjukan sebuah tempat yang merupakan restoran dengan menu utama minuman kopi.
  • 1809 M, Kopi impor dari Brazil pertama kali masuk pasar Amerika di Salem, Massasuchet. Ketika kopi mencapai kawasan koloni Amerika ini, pada awalnya tidak sesukses di Eropa, karena tidak begitu menggantikan alcohol. Akan tetapi, semasa perang revolusi, permintaan akan kopi meningkat cukup tinggi, sampai para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan secara dramatis menaikkan harganya. Sebagian hal juga dikarenakan menurunnya persediaan the oleh pedagang Inggris.
  • 1812 M, terjadinya perang, dimana akses impor teh terputus sementara dan diiringi meningkatnya teknologi pembuatan minuman menumbuhkan minat orang Amerika terhadap kopi dan sebagai komoditas sehari-hari. Selanjutnya, kopi dijadikan sebagai minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi.
  • 1820 M, Zat Caffeine dalam minuman kopi ditemukan berbarengan oleh tiga penelitian berbeda – dan, tentunya masing-masing peneliti itu bekerja sendiri-sendiri – yang dilakukan oleh Runge, Robiquet, Pelletier dan Caventou
  • 1822 M, Prototip dari sebuah mesin kopi espresso dibuat di Prancis.
  • 1839 M, Kata ‘Cafetaria’ diperkenalkan sebagai kata hibrida (gabungan) dari Meksiko, Spanyol Dan Inggris.
  • 1859 M, Michael Thonet’s Vienna Café chair No. 14 (bangku kedai kopi khusus diperkenalkan pertama kali sebagai ‘bangku yang cocok digunakan sambil menghirup kopi’.
  • 1869 M, Cofee leaf rust (jamur kopi) pertama kali diketemukan di Srilanka dan tanaman kopi di Asia.
  • 1873 M, Kopi dalam kemasan secara massal diperkenalkan pertama kali di Amerika oleh John Arbukle.
  • 1882 M, Dibentuk The New York Coffee Exchange
  • 1869 M, Berjangkit suatu penyakit jamur di seluruh Asia yang menyebabkan kerusakkan dari kopi berjenis Coffea Arabica Lind yang waktu itu banyak ditanam di Asia. Hingga pada tahun ini orang mulai menanam bermacam-macam jenis kopi yang banyak terdapat di daerah Congo.
  • 1904 M, Mesin espresso dibuat modern oleh Fernando Illy.
  • 1906 M, Brazil menaikkan harga kopi setelah menciptakan harga (kurs) tetap untuk komoditas kopi.
  • 1910 M, Jerman membuat kopi decaf (pengurangan zat caffein pada kopi seminimal mungkin) Dan diperkenalkan ke Amerika dengan nama Dekafa.
  • 1911 M, Pedagang kopi di Amerika membentuk Asosiasi Kopi Nasional.
  • 1915 M, Pyrex ditemukan. Pertama kali dipakai sebagai lampu penerangan terutama di perusahaan kereta api sebagai penutup lampu yang tahan panas dan cuaca ataupun benturan fisik. Mulai diperkenalkan sebagai alat dapur, sebagai pengganti kaca. Kedai kopi menggunakan pyrex sebagai gelas tahan panas.
  • 1920 M, Kedai kopi ‘baru’ booming di Amerika.
  • 1925 M, Vienna Café chair No. 14 diikutkan dalam pameran L’esprit Nouveau di Perancis oleh Le Corbusier. Sampai tahun 1933 bangku model ini diproduksi lebih dari 50 juta.
  • 1927 M, Mesin kopi espresso pertama kali diperkenalkan di Amerika. Kedai kopi pertama yang memakai ‘La Pavoni’ di New York. Mesin ini didesain khusus oleh arsitek ternama Italia Gio Ponti.
  • 1928 M, Federasi Kopi Kolumbia dibentuk.
  • 1930-1944 M, Brazil memusnahkan 78 juta kantong kopi untuk menstabilkan harga.
  • 1938 M, Cremonesi membuat pompa piston yang dapat menyemprotkan air panas dengan keepatan tinggi untuk menyeduh kopi.
  • 1938 M, Nestle menemukan kopi instan di Brazil, Nestle sampai saat ini merupakan penghasil kopi instan terbesar di dunia.
  • 1939-1945 M, Pasukan Amerika membawa kopi instan dalam perang dan memperkenalkannya ke seluruh dunia.
  • 1942 M, Kopi menjadi barang yang disimpan secara sembunyi-sembunyi. Di Inggris pada masa ini kopi dijatah pada jumlah tertentu.
  • 1946 M, Pabrik Gaggia memproduksi mesin Capucinno secara komersial untuk pertama kali. Kata Capucinno berasal dari warna jubah pendeta Capucin (aliran Francisian-1529 M).
  • 1948 M, Achille Gaggia menemukan mesin kopi espresso secara massal di Milan.
  • 1952 M, Mesin Gaggia diimpor ke Inggris. Pada tahun ini kedai kopi setelah perang dunia kedua untuk pertama kali dibuka di London di bulan Juli.
  • 1953 M, Bar Espresso menyebar di seluruh Soho. Yang pertama kali adalah Mocha di jalan 29 Frith Street.
  • 1954 M, Pembatasan kepemilikan sejumlah komoditi seperti kopi berakhir dengan berakhirnya masa transisi perang dunia kedua.
  • 1957 M, Catherine Uttley mendaftar ada 200 bar kopi di London. Mulai banyak yang bar kopi yang memakai plastik mulai dari peralatan dapur, makan, lantai sampai furnitur.
  • 1960 M, Bar kopi tercatat bertambah dua kali lipat dari 1,000 menjadi 2,000 di seluruh Inggris, terbanyak di London, sekitar 500 buah.
  • 1962 M, Puncak dari konsumsi kopi per kapita di Amerika, 3 cangkir per orang per hari.
  • 1962 M, Perjanjian Internasional mengenai perdagangan kopi dibuat, tujuannya mengontrol harga.
  • 1964 M, Bar kopi sekarat di Inggris, tergantikan oleh restoran dengan berbagai hidangan.
  • 1970 M, Mokha café tutup setelah dikomplain sinis oleh penulis Amerika William S Burrough.
  • 1971 M, Gerai Starbuck pertama dibuka di Seattle.
  • 1973 M, Fair Trade Coffee pertama kali diimpor ke Eropa dari Guatemala.
  • 1975 M, Brazil menderita karena gagal panen, harga kopi dunia meroket.
  • 1989 M, Perjanjian Kopi Internasional gagal menstabilkan harga. Dalam sejarah perdagangan kopi turun ke tingkat yang paling rendah.
  • 1990 M, Beberapa kedai kopi tutup karena penataan ruang (redevelopment) di Inggris. Diperkenalkan organic coffee yang menjadi primadona di pasar kopi dunia.
  • 1998 M, Starbuck mencapai 2.000 gerai di Amerika saja. Di seluruh dunia 5.715 gerai. Sedangkan di Indonesia telah dibuka sebanyak 11 gerai. Starbuck memposisikan diri sebagai kedai kopi dengan jaringan terbesar di seluruh dunia.

Sumber : https://dahlanlatifwidiyanto.wordpress.com/2012/04/21/sejarah-kopi-di-duniakopi/








Roman Cinta dan Sepi II

  Chapter II Ia Muncul Lagi   Di sebuah peron yang sepi, lelaki itu, yang tak kuketahui namanya itu, duduk menatap langit tanpa kata-k...