Monday, November 25, 2013

Cerpen Kompas : Lukisan Bergetar

Jangan bertanya padaku si anak durhaka mengenai Ibu, perempun yang disapa dengan sepenuh keagungan jiwa, pemujaan, permohonan doa dan restu. Aku tak mau mengenal Ibu. Aku telah dititipkan Ibu pada saudara sepupunya, perempuan bawel yang mempekerjakanku serupa budak. Aku lari dari keluarga perempuan bawel itu, dan menemukan duniaku sendiri, bekerja, hingga membeli rumah tua yang kini kutempati.
Aku terperanjat ketika datang ke rumahku seorang gadis dengan pandangan yang berkaca-kaca. Ia mencari ibu kandungnya. Perempuan dalam lukisan di ruang tamuku, dikatakan sebagai sosok Ibu yang dicarinya. Ditatapnya lekat-lekat lukisan itu. Sebuah lukisan perempuan berbaju hijau lumut, berkain, duduk menyamping di kursi ukir. Lukisan itu telah dipakukan di dinding ruang tamu, barangkali setua bangunan ini. Tak kutemukan keterangan apa pun mengenai lukisan itu, hingga datang seorang gadis, yang bertanya, di mana perempuan dalam lukisan itu.
Sama sekali aku tak mengerti, di mana sekarang perempuan dalam lukisan itu tinggal. Apa peduliku dengan perempuan itu? Pada Ibu yang melahirkanku, ketika ia sakit dan meninggal dunia, tak kutengok sekejap pun. Ia dimakamkan, tanpa kehadiranku. Dua adik perempuanku yang tak pernah disia-siakan Ibu sepertiku berkali-kali meneleponku. Tak kubalas.
Lalu, apa artinya kini, melacak seorang ibu dari sebuah lukisan? Lukisan itu telah menjadi satu dengan dinding, semenjak rumah tua itu kubeli. Sama sekali aku tak terganggu dengan lukisan itu, sampai datang seorang perempuan muda itu dari kota yang jauh. Ia mencari pemilik rumah, seorang ibu yang dilukis dan terpasang di dinding ruang tamu. Melacak wanita dalam lukisan, yang lengkung alisnya tergores lembut, dengan sepasang mata memendam perhatian. Garis bibir dan dagu menampakkan kesepian yang panjang dan tertahan.
Lukisan itu selalu bergetar pada saat angin berembus lewat pintu ruang tamu yang terbentang. Lukisan itu tepat berhadap-hadapan dengan pintu, dan setiap saat angin menggetarkannya. Perempuan dalam lukisan itu seperti bergerak dari bingkainya.
Perempuan muda itu memandangi lukisan yang bergetar dengan mata yang berkejap. Sepasang mata yang penuh harap.
Antarkan aku ke rumah Ibu!
Aku masih tergagap. Merasa asing dengan permintaannya. Tak pernah aku mendatangi Ibu. Apalagi mencarinya. Hingga Ibu jatuh sakit, terbaring koma lebih dari sepuluh hari, dan pada akhirnya meninggal di hari kesebelas, aku tak menengoknya. Telepon rumah berdering berkali- kali. Tak berhenti berdering. Kututup kembali. Kubiarkan mereka dua adik perempuanku  menelepon dan mencaci-maki. Aku tak peduli.
Maaf, aku tak bisa menemanimu.
Kalau begitu, beri aku alamat Ibu.
Perempuan muda itu memendam sorot mata yang penuh harap dan cemas. Hari sudah larut. Ia belum beranjak dari rumahku, wajahnya tampak ragu. Tapi aku tak mau jatuh iba padanya. Aku tak ingin melihat dia bertemu dengan ibunyaĆ¢€”wanita yang telah melahirkannya.
Telah kuputuskan mencari Ibu. Tak kusangka akan sesulit ini. Sekalipun Ibu telah membuangku, tak akan kucemooh dia. Aku ingin bertemu dengannya.
Di pelataran rumah, dia masih membujukku untuk menemani mencari ibunya. Kutolak. Kali ini suaraku dingin. Mungkin ketus. Aku memang harus memperlihatkan pendirianku padanya. Aku tak suka melihat raut wajahnya yang cengeng.
Lelaki pemilik rumah itu sungguh menjengkelkan. Dia tak mau mengantarkanku mencari alamat Ibu. Baru pertama kali aku menginjakkan kaki di kota kecil kelahiranku ini. Dua puluh tiga tahun orangtua angkatku membawaku meninggalkan kota kecil yang sepi ini. Baru seminggu yang lalu, ketika aku hendak dilamar calon suami, kedua orangtua angkatku berterus terang. Kau masih memiliki seorang ibu ya, perempuan yang mengandung dan melahirkanmu. Ia tinggal di sebuah rumah tua, dengan arsitektur lama. Kulacak. Kutemukan rumah yang kokoh, tinggi, dan kusam. Tapi aku tak menemukan Ibu. Rumah itu sudah dijualnya. Dan lelaki muda yang telah membeli rumah Ibu, alangkah tolol dia. Sama sekali tak mau menolongku.
Hanya lukisan tua itu yang menghiburku. Setidaknya, aku sudah melihat wajah Ibu semasa muda. Bermata teduh, dan sekelam lumpur yang dalam. Mungkin lumpur itu menenggelamkan seseorang. Aku tak paham, barangkali lelaki-lelaki terperosok ke dalam lumpur mata itu. Orangtua angkatku tak memberi tahu siapa ayahku. Aku hanya diberi tahu tentang Ibu. Dan Ayah, bahkan namanya pun tak disebutkan. Apalagi wajahnya, sungguh tak kukenal.
Ketika kutemukan rumah tua, sesuai dengan alamat yang diberikan orangtua angkatku, aku merasa lega. Apalagi di dinding ruang tamu pemuda itu terpasang wajah Ibu. Wajah wanita yang menanggung kesepian yang terpendam. Kurasa aku sudah dekat bersua Ibu. Tapi aku cuma menemukan lukisannya. Sama sekali tak kutemukan jejaknya. Mungkin aku masih jauh bersua dengannya.
Mestinya pemuda pemilik rumah itu bisa membantuku. Dia memilih tak mau tahu persoalanku. Ia menutup diri, dan aku telah gagal membuka hatinya. Ia tenggelam ke dalam dirinya sendiri. Dan aneh, bagiku, bagaimana mungkin seorang lelaki yang mencapai usia tiga puluh seperti dia, tanpa istri dan anak, malah berhasrat memenjarakan diri?
Larut malam, tak ada taksi yang bisa kusewa untuk melacak rumah Ibu. Kota kecil ini sungguh sunyi. Kutemui beberapa becak yang diparkir di tepi jalan raya dengan pengayuh yang tertidur di dalamnya. Mereka tak memerlukan penumpang. Ini kota tua. Kota yang mati pada malam hari. Orang tak berani melintas di jalanan. Lampu-lampu pun remang-remang, dan kelelawar berseliweran dengan kepak sayap yang memperpekat sunyi. Langit di atas kota serupa selubung kain yang mudah koyak.
Kudapatkan sebuah hotel kecil, tua, dengan kamar yang melapuk pintunya, aus catnya, dan berdebu. Kecoa berseliweran. Nyamuk berdenging merubung tubuhku. Bagaimana aku bisa tidur di kamar serupa ini? Segelas teh dan sepotong kue yang dihidangkan pun terasa basi. Tak mungkin aku beristirahat dengan suasana jorok macam ini.
Berjalan-jalan meninggalkan kamar hotel, aku ingin menghirup udara malam kota tua ini. Barangkali aku akan menemukan rumah Ibu. Ingin kutebus kehinaanku sebagai perempuan tak beribu, yang hanya mengenal orangtua angkat. Getir rasa hatiku tak mengenal ibu kandung. Aku ingin sebagaimana layaknya seorang gadis yang dipinang calon suami, bisa mempertemukan dengan ibu kandung. Bahkan mungkin bisa mempertemukan dengan kerabatku. Tak hanya orangtua angkat yang bisa kutunjukkan pada keluarga mempelai lelaki.
Tapi kini, di kota tua ini, aku mesti berjalan sendirian mencari Ibu. Kalaupun calon suamiku memutuskan untuk meninggalkanku, karena aku tak memiliki ibu kandung yang bisa kupertemukan dengannya, aku harus rela. Aku tak berhak mencegahnya.
Terus melangkah dalam sunyi malam yang gelisah, sampailah aku di alun-alun, di bawah pohon beringin, di dekat penjual wedang ronde. Seorang lelaki tengah duduk mencangkung. Menikmati kesunyiannya. Aku merasa sangat mengenal lelaki itu. Memang betul. Dialah pemilik rumah tua, yang baru saja kutinggalkan. Duduk seorang diri. Terperanjat sebentar menatapku. Kutemukan lelaki muda itu tengah menyendoki wedang ronde. Hati-hati, pelan sekali, ia meletakkan minumannya, seperti tak pernah mengenalku. Mungkin ia tak mau bertemu dengan siapa pun. Lelaki itu terasing dan memilih jalan sunyi. Ia memang berpura-pura tak mengenalku. Sepasang matanya mengusir, menolak, bahkan memusuhiku.
Aku masih berharap kau mau menemaniku mencari Ibu, pintaku.
Larut malam begini?
Bila tak kuantar, aku tak tahu jalan.
Memandangiku dengan mata yang keropos, lelaki itu mencairkan kebenciannya padaku. Mata itu berkabut. Aku menatapnya dengan hangat. Dan kabut dalam mata itu lenyap. Lama. Lambat-lambat. Matanya mulai bersahabat. Dia tak lagi menyembunyikan muka dariku.
Kami berjalan bersama dalam samar cahaya bulan, tanpa tegur sapa. Dia melangkah dengan suara kaki yang pasti. Tak seorang pun kami temui di jalan. Hanya anjing-anjing buduk yang mengais-ngais sampah, sesekali melintas. Kami melangkah dalam diam. Menyusur jalan lengang, berkelok-kelok, kian jauh dari jantung kota, dan memasuki perkampungan.
Langkah kakiku sudah penat ketika kami mencapai sebuah rumah yang diduga pemuda itu ditempati Ibu. Tengah malam lewat, kami memasuki pelataran rumah tua dengan tembok mengelupas dan berlumut. Gelap. Kusentuh pintunya. Berderit terbuka. Di dalam pun tak terlihat seseorang. Tanpa cahaya. Kelelawar terbang menerobos celah pintu. Laba-laba bergerak menggetarkan jaring-jaringnya.
Dengan cahaya korek api kami menjelajahi seluruh ruangan. Rumah tua ini memang sudah ditinggalkan penghuninya. Debu, lumut, dan lembab udara, menyesakkan dada. Aku berhenti lama di depan pintu sebuah kamar. Barangkali di sinilah Ibu tidur. Kupandangi. Dan kubayangkan Ibu tergolek. Sendiri. Tatapannya menerawang. Kalau Ibu tengah terbaring di kamar ini, tentu aku akan menyempatkan diri bertanya. Kenapa Ibu memberikanku pada orang lain?
Barangkali pertanyaan ini akan menyakitkan Ibu. Tapi ini akan meruntuhkan beban yang menekan bergelayut dalam kepalaku. Toh Ibu kata orangtua angkatku tak memiliki anak selain aku. Apa lagi yang dirahasiakannya dariku?
Mari kita pulang! ajak pemuda itu, pelan.
Pulang?
Ya. Menginaplah di rumahku.
Membayangkan perempuan muda itu, sambil memandangi lukisan yang bergantung di ruang tamu, aku mulai sadar kini, mereka memang mirip. Malam itu ketika perempuan muda itu tidur di kamar depan, aku sempat memandanginya. Aku tersihir. Terkesima. Dialah perempuan dalam lukisan itu. Tubuhnya bergeletar. Aku seperti terisap untuk mendekatinya, lebih lekat, lebih lekat, menyatu ke dalam kesunyian yang mula-mula lembut, dan lambat laun bergelora, mengempas-empaskanku.
Tak kutemukan perempuan muda itu saat aku terbangun. Dia sudah menghilang. Mungkin sudah kembali pulang. Mungkin ia mencari ibu kandungnya. Aku tak berselera melakukan apa pun. Cuma memandangi perempuan dalam lukisan itu. Tiap kali angin berhembus, lukisan itu bergetar. Tapi kali ini dadaku pun bergetar. Tak bisa kuredakan.
Malam ketiga setelah perempuan muda itu menghilang, aku tak kuasa menahan diri. Aku menanti fajar untuk melakukan perjalanan. Telah kuputuskan untuk melacak perempuan muda itu. Tak mungkin kutunda lagi. Aku merasa keropos. Tak ingin kurasakan kekeroposan hati kian menjalar melapukkan seluruh persendianku. Ingin kutemukan rumah tempat tinggal perempuan itu. Ini sungguh mendebarkan, serupa memasuki permainan masa kanak-kanak bersama teman-temankuĆ¢€”sebelum aku direnggut dari dunia itu untuk mengikuti saudara sepupu Ibu. Akan kucari perempuan titisan lukisan di ruang tamu. Biar kuajak dia ke rumahku, dan kutemani mencari ibu kandungnya ke mana pun, sampai ketemu.

Pandana Merdeka, Agustus 2005

Sunday, November 17, 2013

Cerpen Pilihan : Pelajaran Mengarang

Pelajaran mengarang sudah dimulai.
Kalian punya waktu 60 menit”, ujar Ibu Guru Tati.
Anak-anak kelas V menulis dengan kepala hampir menyentuh meja. Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. Judul pertama “Keluarga Kami yang Berbahagia”. Judul kedua “Liburan ke Rumah Nenek”. Judul ketiga “Ibu”.
Ibu Guru Tati memandang anak-anak manis yang menulis dengan kening berkerut. Terdengar gesekan halus pada pena kertas. Anak-anak itu sedang tenggelam ke dalam dunianya, pikir Ibu Guru Tati. Dari balik kaca-matanya yang tebal, Ibu Guru Tati memandang 40 anak yang manis, yang masa depannya masih panjang, yang belum tahu kelak akan mengalami nasib macam apa.
Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 Tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin kencang. Ingin rasanya ia lari keluar dari kelas, meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya, karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, “Liburan ke Rumah Nenek”, “Ibu”.  Sandra memandang Ibu Guru Tati dengan benci.
Setiap kali tiba saatnya pelajaran mengarang, Sandra selalu merasa mendapat kesulitan besar, karena ia harus betul-betul mengarang. Ia tidak bisa bercerita apa adanya seperti anak-anak yang lain. Untuk judul apapaun yang ditawarkan Ibu Guru Tati, anak-anak sekelasnya tinggal menuliskan kenyataan yang mereka alami. Tapi, Sandra tidak, Sandra harus mengarang. Dan kini Sandra mendapat pilihan yang semuanya tidak menyenangkan.
Ketika berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran diatas kasur yang spreinya terseret entah ke mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.
“Lewat belakang, anak jadah, jangan ganggu tamu Mama,” ujar sebuah suara  dalam ingatannya, yang ingin selalu dilupakannya.

***
  
Lima belas menit telah berlalu. Sandra tak mengerti apa yang harus dibayangkanya tentang sebuah keluarga yang berbahagia.
“Mama, apakah Sandra punya Papa?”
“Tentu saja punya, Anak Setan! Tapi, tidak jelas siapa! Dan kalau jelas siapa belum tentu ia mau jadi Papa kamu! Jelas? Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!”
Apakah Sandra harus berterus terang? Tidak, ia harus mengarang. Namun ia tak punya gambaran tentang sesuatu yang pantas ditulisnya.
Dua puluh menit berlalu. Ibu Guru Tati mondar-mandir di depan kelas. Sandra mencoba berpikir tentang sesuatu yang mirip dengan “Liburan ke Rumah Nenek” dan yang masuk kedalam benaknya adalah gambar seorang wanita yang sedang berdandan dimuka cermin. Seorang wanita dengan wajah penuh kerut yang merias dirinya dengan sapuan warna yang serba tebal. Merah itu sangat tebal pada pipinya. Hitam itu sangat tebal pada alisnya. Dan wangi itu sangat memabukkan Sandra.
“Jangan Rewel Anak Setan! Nanti kamu kuajak ke tempatku kerja, tapi awas, ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas!”
Wanita itu sudah tua dan menyebalkan. Sandra tak pernah tahu siapa dia. Ibunya memang memanggilnya Mami. Tapi semua orang didengarnya memanggil dia Mami juga. Apakah anaknya begitu banyak? Ibunya sering menitipkan Sandra pada Mami itu kalau keluar kota berhari-hari entah ke mana.
Di tempat kerja wanita itu, meskipun gelap, Sandra melihat banyak orang dewasa berpeluk-pelukan sampai lengket. Sandra juga mendengar musik yang keras, tapi Mami itu melarangnya nonton.
“Anak siapa itu?”
“Marti.”
“Bapaknya?”
“Mana aku tahu!”
Sampai sekarang Sandra tidak mengerti. Mengapa ada sejumlah wanita duduk diruangan kaca ditonton sejumlah lelaki yang menujuk-nunjuk mereka.
“Anak kecil kok dibawa kesini, sih?”
“Ini titipan si Marti. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian dirumah. Diperkosa orang malah repot nanti.”
Sandra masih memandang keluar jendela. Ada langit biru diluar sana. Seekor burung terbang dengan kepakan sayap yang anggun.

***

Tiga puluh menit lewat tanpa permisi. Sandra mencoba berpikir tentang “Ibu”. Apakah ia akan menulis tentang ibunya? Sandra melihat seorang wanita yang cantik. Seorang wanita yang selalu merokok, selalu bangun siang, yang kalau makan selalu pakai tangan dan kaki kanannya selalu naik keatas kursi.
Apakah wanita itu Ibuku? Ia pernah terbangun malam-malam dan melihat wanita itu menangis sendirian.
“Mama, mama, kenapa menangis, Mama?”
Wanita itu tidak menjawab, ia hanya menangis, sambil memeluk Sandra. Sampai sekarang Sandra masih mengingat kejadian itu, namun ia tak pernah bertanya-tanya lagi. Sandra tahu, setiap pertanyaan hanya akan dijawab dengan “Diam, Anak Setan!” atau “Bukan urusanmu, Anak Jadah” atau “Sudah untung kamu ku kasih makan dan ku sekolahkan baik-baik. Jangan cerewet kamu, Anak Sialan!”
Suatu malam wanita itu pulang merangkak-rangkak karena mabuk. Di ruang depan ia muntah-muntah dan tergelatak tidak bisa bangun lagi. Sandra mengepel muntahan-muntahan itu tanpa bertanya-tanya. Wanita yang dikenalnya sebagai ibunya itu sudah biasa pulang dalam keadaan mabuk.
“Mama kerja apa, sih?”
Sandra tak pernah lupa, betapa banyaknya kata-kata makian dalam sebuah bahasa yang bisa dilontarkan padanya karena pertanyaan seperti itu.
Tentu, tentu Sandra tahu wanita itu mencintainya. Setiap hari minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza ini atau ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapat boneka, baju, es krim, kentang goreng, dan ayam goreng. Dan setiap kali makan wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan seprti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra yang belepotan es krim sambil berbisik, “Sandra, Sandra …”
Kadang-kadang, sebelum tidur wanita itu membacakan sebuah cerita dari sebuah buku berbahasa inggris dengan gambar-gambar berwarna. Selesai membacakan cerita wanita itu akan mencium Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi anak baik-baik.
“Berjanjilah pada Mama, kamu akan jadi wanita baik-baik, Sandra.”
“Seperti Mama?”
“Bukan, bukan seperti Mama. Jangan seperti Mama.”
Sandra selalu belajar untuk menepati janjinya dan ia memang menjadi anak yang patuh. Namun wanita itu tak selalu berperilaku manis begitu. Sandra lebih sering melihatnya dalam tingkah laku yang lain. Maka, berkelebatan di benak Sandra bibir merah yang terus menerus mengeluaran asap, mulut yang selalu berbau minuman keras, mata yang kuyu, wajah yang pucat, dan pager …
Tentu saja Sandra selalu ingat apa yang tertulis dalam pager ibunya. Setiap kali pager itu berbunyi, kalau sedang merias diri dimuka cermin, wanita itu selalu meminta Sandra memencet tombol dan membacakannya.
     
DITUNGGU DI MANDARIN
KAMAR: 505, PKL 20.00

   
Sandra tahu, setiap kali pager ini menyebut nama hotel, nomor kamar, dan sebuah jam pertemuan, ibunya akan pulang terlambat. Kadang-kadang malah tidak pulang sampai dua atau tiga hari. Kalau sudah begitu Sandra akan merasa sangat merindukan wanita itu. Tapi, begitulah , ia sudah belajar untuk tidak pernah mengungkapkanya.

***

Empat puluh menit lewat sudah.
“Yang sudah selesai boleh dikumpulkan,” kata Ibu guru Tati.
Belum ada secoret kata pun di kertas Sandra. Masih putih, bersih, tanpa setitik pun noda. Beberapa anak yang sampai hari itu belum mempunyai persoalan yang teralalu berarti dalam hidupnya menulis dengan lancar. Bebarapa diantaranya sudah selesai dan setelah menyerahkannya segera berlari keluar kelas.
Sandra belum tahu judul apa yang harus ditulisnya.
“Kertasmu masih kosong, Sandra?” Ibu Guru Tati tiba-tiba bertanya.
Sandra tidak menjawab. Ia mulai menulis judulnya: Ibu. Tapi, begitu Ibu Guru Tati pergi, ia melamun lagi. Mama, Mama, bisiknya dalam hati. Bahkan dalam hati pun Sandra telah terbiasa hanya berbisik.
Ia  juga hanya berbisik malam itu, ketika terbangun karena dipindahkan ke kolong ranjang. Wanita itu barangkali mengira ia masih tidur. Wanita itu barangkali mengira, karena masih tidur maka Sandra tak akan pernah mendengar suara lenguhnya yang panjang maupun yang pendek di atas ranjang. Wanita itu juga tak mengira bahwa Sandra masih terbangun ketika dirinya terkapar tanpa daya dan lelaki yang memeluknya sudah mendengkur keras sekali. Wanita itu tak mendengar lagi ketika dikolong ranjang Sandra berbisik tertahan-tahan “Mama, mama …” dan pipinya basah oleh air mata.
“Waktu habis, kumpulkan semua ke depan,” ujar Ibu Guru Tati.
Semua anak berdiri dan menumpuk karanganya di meja guru. Sandra menyelipkan kertas di tengah.
Di rumahnya, sambil nonton RCTI, Ibu Guru Tati yang belum berkeluarga memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Setelah membaca separo dari tumpukan karangan itu, Ibu guru Tati berkesimpulan, murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak yang indah.
Ia memang belum sampai pada karangan Sandra, yang hanya berisi kalimat sepotong:
Ibuku seorang pelacur…
                     
Seno Gumira Ajidarma 
Palmerah, 30 November 1991

Saturday, November 9, 2013

Cerpen

Hari-hari tetap seperti biasanya. Matahari masih terbit di ufuk timur dan terbenam di ufuk barat. Semilir angin masih menghiasi hiruk pikuk dunia yang semakin tua ini. Kicauan burung tiada henti bersahut-sahutan dari dahan satu ke dahan lainnya.
Matahari perlahan-lahan naik ke puncaknya. Namun, sengatan panas sang mentari itu mampu diredam pohon akasia besar yang sudah sepuluh tahun berdiri tegak. Seorang gadis kecil duduk sambil menggenggam secarik kertas usang. Mata mungilnya masih tertuju pada genggaman sambil sesekali melihat ke langit biru yang terbiaskan cahaya merah matahari. Mulutnya menggumam ucapan kecil nan pelan yang tertiup oleh semilirnya angin dan terbawa jauh ke pelosok negeri.
“Hey!” Sebuah suara dari mulut mungil menyapa gadis kecil berkerudung itu. Gadis kecil itu menoleh dengan senyum terpaksa.
“Kamu kenapa?” tanyanya. Si gadis kecil tetap tak bergeming. “Aku punya es krim. Mau?”
“Ya,” Jawaban polos keluar dari mulut mungilnya. Mereka lalu terlihat akrab dalam tempo singkat, sambil menikmati es krim.
“Nama kamu siapa?” tanya gadis manis berkulit putih itu.
“Terserah kamu. Kamu boleh panggil aku dengan sebutan apa aja.”
“Ya udah. Aku panggil kamu puteri kerudung, ya?”
“He’em,” jawabnya singkat. “Kalo gitu, aku panggil kamu teman cantik!” Mereka lalu tertawa renyah sambil bersalaman.
Hari-hari terus dilewati sang puteri kerudung dengan gembira. Teman barunya telah membawa keramaian dalam hidupnya. Setiap hari sepulang sekolah, mereka bertemu di bawah pohon akasia yang senantiasa menjadi pelindung mereka. Setiap sore, sang puteri kerudung mengirim surat dengan balon terbang atas saran sang teman cantik. Menerbangkan surat untuk ibunya di sisi Allah.
Sembilan tahun puteri kerudung tinggal di sebuah desa kecil. Sembilan tahun itu pula ia hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Hidup dalam kesendirian dan hanya ditemani seorang ayah.
“Ayo terbangin balonnya!” teriak temannya kegirangan. Itu yang mereka lakukan setiap hari, diselingi canda tawa. Mereka lalu bercerita, berlari-larian, dan sesekali menerbangkan cita-cita keduanya di atas awan. Meski berbeda keyakinan, ini tak menjadi penghalang keduanya untuk saling bersahabat. Sang puteri kerudung pemegang teguh islam yang kuat tak segan untuk bermain dan bersahabat dengan seorang protestan.
“Puteri kerudung,” panggil sang teman cantik.
“Ya.”
“Aku mau pergi.”
“Maksud kamu?” tanya gadis kecil itu sambil merapikan kerudungnya.
“Ya, aku harus kembali ke Bengkulu. Tugas ayahku udah selesai. Tapi kamu jangan sedih, aku pasti sering-sering main ke Lampung, kok.”
Keduanya lalu berpelukan, isak tangis mengiringi perpisahan mereka. Si puteri kerudung pun harus rela hidup dalam kesepian lagi, seperti hari-hari sebelumnya.

Perjalanan waktu begitu cepat. Sepuluh tahun telah berlalu, namun keadaan desa kecil itu masih seperti sepuluh tahun sebelumnya. Desa yang terpencil, asri, jauh dari keramaian kota. Juga pohon akasia itu, masih tegak berdiri, masih kokoh tanpa penghalang.
Seorang gadis manis duduk bersandar di bawah pohon akasia yang rindang itu. Gamis yang ia kenakan dibiarkan mengenai rumput yang basah oleh embun-embun pagi. Buku agenda tak pernah lepas dari jemarinya yang lentik. Sesekali ia menulis dan membuka laptop pribadinya.
“Assalamu’alaikum Mba’ Nafira,” sapa salah seorang gadis sebayanya. Perilakunya yang kelihatan sopan dan anggun dengan pakaian tertutup membuat senyum di wajah gadis yang disapa Nafira. Jilbab coklat sang gadis tertiup angin pagi yang menyejukkan suasana.
“Nggak nyangka ketemu Mba’ Nafira disini. Saya Marisa,” ujarnya memperkenalkan diri. Nafira menyambut tangan si cantik Marisa. Meski mereka baru bertemu, namun sudah terlihat akrab.
“Saya suka tulisan Mba’ Naf, tulisannya memotivasi. Oh ya sebentar,” Marisa bergegas menuju mobilnya dan mengambil sebuah novel. “Minta tanda tangannya dong, mba’.”
Nafira hanya tersenyum dan melakukan permintaan Marisa, menandatangani novel karyanya.
“Nggak usah terlalu berlebihan lah. Saya cuma manusia biasa, sama seperti Mba’ Marisa. Toh saya bukan artis atau selebritis yang diperebutkan tanda tangannya.”
“Nggak apa-apa lah mba’. Jarang-jarang, loh, ketemu penulis.”
“Jangan panggil mba’, ah. Kesannya nggak akrab,” jawab Nafira yang sejak tadi tak luput dari senyum.
“Iya, deh. Ternyata bener kata orang.”
“Kenapa?” tanya Nafira lembut.
“Nafira itu orangnya ramah, cepet akrab, nggak sombong pula.”
“Biasa aja. Saya juga manusia seperti Anda. Jadi nggak ada istimewa, kok.” Nafira memang selalu merendah. Ia tidak terlalu suka dipuji, karena baginya manusia itu sama dihadapan Allah. Lagipula Nafira bukan berasal dari golongan petinggi, pejabat, atau apapun itu. Ia hanya seorang gadis yang dibesarkan dengan ketulusan kasih sayang, bukan oleh gelimang harta.
“Eh, kok Naf disini? Bukannya tinggal di Jakarta?”
“Ini kampung halaman saya. Dulu saya tinggal disini, dan ini bisa dibilang tempat favorit saya. Saya sering kesini, ke bawah pohon akasia.”
Marisa terdiam, menatap Nafira lamat-lamat. “Oh, ya? Kenapa bisa sama, ya?”
“Anda tinggal disini?”
“Dulu saya pernah disini, tapi nggak terlalu lama. Ikut ayah kerja,” jawabnya.
Nafira terdiam sejenak. “Ayah anda bekerja di Bengkulu?”
“Ya… Kok Naf bisa tau?” tanya Marisa bingung, namun segera ia abaikan. Nafira pun segera menepis fikiran itu. Karena seingatnya, sahabatnya itu berbeda keyakinan dengannya.
“Oh, enggak. Cuma ada temen dari Bengkulu. Sudah, lupain aja,” Nafira mengalihkan pembicaraan. Sejenak hening, mereka terdiam dan menatap ke langit, mengulang memori yang pernah tercipta dahulu.
“Apakah seorang Nafira itu puteri kerudung?” tanya Marisa tiba-tiba.
Nafira menoleh tak percaya. Namun ini seperti meyakinkannya. Seorang sahabat yang telah sepuluh tahun pergi, dan sekarang kembali. Sahabat yang mengubah hidupnya dari kegelapan, yang meyakinkan dan memberi semangat baginya.
“Teman cantik,” ucap Nafira lirih.
“Ya, aku Marisa, teman cantikmu.”
Mereka larut dalam tangis haru. Keduanya berpelukan, melepas rindu yang terpendam. Semilir angin masih seperti dulu, menerbangkan mereka dalam kedamaian.
“Tapi,” Nafira melepas pelukan Marisa. “Maaf, bukannya kamu seorang protestan?”
Marisa terdiam dengan senyum mengembang. “Aku muallaf.”
“Alhamdulillah..”
“Mungkin ini jalan terbaik yang Allah berikan. Aku mendapat hidayah dari sahabatku, sahabat terbaik yang pernah aku temukan. Dan jalan yang Allah berikan, tidak dapat terfikir oleh akalku. Aku masih menganggap ini sebagai kebetulan, kebetulan yang berulang—dan tak pernah habis.”
“Alhamdulillah. Tapi, orang-tuamu bagaimana?”
“Mereka nggak tahu,” jawab Marisa santai. Nafira mengernyitkan dahi.
“Ya, awalnya mereka nggak mengizinkan aku untuk masuk Islam. Tapi aku pergi, aku memutuskan sendiri, dan semoga ini pilihan terbaik yang aku ambil.
Aku mulai mendalami Islam saat aku nggak sengaja beli novel kamu. Aku pikir itu novel motivasi biasa. Tapi ternyata perkiraanku salah. Dari sana aku mulai membeli buku-buku Islam, mencari artikel-artikel tentang Islam, hingga sampai pada keputusan mutlakku.”
“Setidaknya kamu memberi tahu orang-tuamu tentang ini.”
“Aku memang sengaja pergi dari mama-papa, izin untuk dua minggu dengan alasan mencari bahan skripsi,” Marisa tertawa kecil.
“Itu berarti kamu membohongi orang-tua? Apalagi ini bukan hal yang main-main, Marisa. Kamu tahu Islam, kan? Islam membenci kebohongan.”
“Ya, aku salah. Maaf.”
“Minta ampun lah pada Allah dan kalau bisa secepatnya pulang,” ujar Nafira dengan nada menasehati.
“Ya, deh. Aku besok pulang, aku selesaikan semuanya. Aku janji,” Marisa mengangkat kelingking kanannya. Nafira lekas mengangkat jarinya, menyatukan dengan Marisa. Keduanya lalu tertawa riang.
Sebuah perjalanan dua anak manusia. Dan kita percaya bahwa sahabat selamanya tetap sahabat. Sahabat yang sejati, persahabatan yang abadi, akan menyatu dan beterbangan seiring terbangnya daun akasia terbawa angin. Angin yang membawa mereka berjalan ke tempat abadi, terbang menuju padang keabadian yang tak akan pernah lenyap termakan waktu.

Cerpen Karangan: Sofia Octaviana

Friday, October 25, 2013

Piring Terbang dan Nazi

Nazi Moon Base, 70 Tahun Basis Jerman di Bulan 1942-2012 (Iron Sky the Movie 2012)

Jerman dikabarkan sudah mendarat di Bulan lebih dulu, sekitar tahun 1942, dengan memanfaatkan bentuk “piring terbang” yang lebih besar, mereka menggunakan roket exoatmospheric dari jenis Miethe dan jenis Schriever.


Wahana antariksa Miethe berdiameter sekitar 15 – 50 meter, dan turbin listrik Schriever Walter dirancang sebagai kendaraan eksplorasi antarplanet.

Wahana ini memiliki diameter 60 meter, memiliki 10 tingkat kompartemen untuk kru, dan setinggi 45 meter! Selamat datang di Alice in Saucerland!

Dalam penelitian yang luas, teori tentang kondisi fisik di Bulan telah membuktikan pada bagian sisi gelap Bulan ada atmosfer, air dan vegetasi dan bahwa manusia tidak perlu baju luar angkasa untuk berjalan di Bulan . Sepasang jeans, sweter dan sendal sudah cukup.

Semuanya yang telah NASA katakan kepada dunia tentang Bulan adalah sebuah kebohongan dan hal itu dilakukan untuk menjaga ke-eksklusif-nya dari pengaruhnya terhadap negara-negara dunia ketiga.


Semua kondisi fisik di Bulan membuatnya jauh lebih mudah untuk membangun sebuah Moonbase (pangkalan di Bulan). Sejak hari pertama mereka mendarat di Bulan, Jerman mulai “bosan” dan menggali (tunneling) di bawah permukaan Bulan dan kemudian pada akhir perang telah ada basis riset kecil Nazi di Bulan.

Tachyon energi dibuat untuk menggerakkan wahana berbentuk UFO dari jenis Haunebu-1 dan Haunebu-2 yang telah digunakan setelah tahun 1944 untuk mengangkut orang, perlengkapan dan robot pertama ke situs konstruksi di Bulan.

Ketika Rusia dan Amerika diam-diam bersama-sama mendarat di Bulan pada tahun lima puluhan awal dengan wahana mereka sendiri, mereka telah menghabiskan malam pertamanya di sana sebagai “tamu” dari Nazi di dasar bawah tanah mereka di Bulan.


Pada tahun enam puluhan, pangkalan Uni Soviet-Amerika telah dibangun di Bulan, yang isunya sekarang memiliki populasi sekitar 40.000 orang.

Setelah berakhirnya perang di bulan Mei 1945, Jerman terus melakukan riset antariksa mereka di Kutub Selatan bulan sebagai koloni mereka, Neu Schwabenland. Saya telah menemukan foto ruang bawah tanah pusat mereka kontrol disitu.

KERJASAMA MILITER JERMAN-JEPANG R & D:

Menurut Renato Vesco lagi, Jerman berbagi banyak kemajuan dalam persenjataan dengan sekutu mereka, Italia selama perang.

Di fasilitas eksperimental Fiat di danau Garda La, fasilitas yang pantas untuk nama Hermann Goering, orang-orang Italia bereksperimen dengan berbagai senjata canggih, roket dan pesawat terbang yang dibuat di Jerman.

Dalam cara yang sama, Jerman juga terus bekerjasama dengan militer Jepang dan memasok senjata canggih mereka.

Sebagai contoh misalnya, foto salinan dari versi berawak dari rudal V-1 Reichenberg yang diproduksi di Jepang oleh Mitsubishi. Pesawat tempur terbaik dunia – “the push-pull twin propeller Domier-335″ telah diduplikasi oleh Kawashima.

Seorang teman dari Jepang di Los Angeles terkait dengan cerita ayah temannya yang bekerja sebagai teknisi di sebuah biro penelitian pesawat di Jepang selama perang.

Pada bulan Juli 1945, dua setengah bulan setelah perang berakhir di Jerman, sebuah kapal selam transportasi besar Jerman dibawa ke Jepang yang mengangkut penemuan teknologi militer terbaru dari Jerman yaitu dua mesin terbang tanpa sayap dan tanpa baling-baling.

Lalu tim R & D Jepang menempatkan dan merangkai mesin bersama-sama, mengikuti sesuai petunjuk dari Jerman. Hasilnya, sesuatu benda bermesin yang sangat aneh telah berdiri dan ada di depan mereka para teknisi Jepang, yaitu sebuah perangkat berbentuk piring bola terbang tanpa sayap atau baling-baling, bahkan para teknisi tak ada yang tahu bagaimana benda tersebut bekerja.

Lalu bahan bakar dimasukkan, tombol start dari mesin tanpa awak tersebut ditekan dan tiba-tiba …. menghilang! Menyisakan gemuruh dan tanpa api di langit! Wow!

Hingga kini tim Jepang tidak pernah melihatnya lagi. Lalu para insinyur saat itu begitu takut oleh kekuatan tak terduga dari mesin. Lalu mereka segera menghancurkan mesin prototipe kedua dengan dinamit dan memilih untuk melupakan seluruh kejadian tersebut!

JERMAN-JEPANG DAN PENERBANGAN KE BULAN 1945 – 1946:

Menurut penulis film dokumenter “bawah tanah” Jerman dari masyarakat Thule, wahana UFO Jerman jenis Haunibu-3 berdiameter 74 meter dipilih untuk misi paling berani sepanjang abad, yaitu melakukan perjalanan ke planet Mars.

Wahana antariksa berbentuk piring, memiliki mesin “Andromeda tachyon drives” dan dipersenjatai dengan empat menara pistol kaliber triple tipe angkatan laut yang besar (tiga buah dengan posisi terbalik, ada dibawah dan melekat pada bagian bawah pesawat, dan keempat dibagian atas kompartemen kru).

Seorang pilot relawan bunuh diri Jerman dan Jepang dipilih, karena semua orang tahu bahwa perjalanan ini adalah perjalanan satu arah dan takkan kembali (no return).

Intensitas besar elektro-magnetogravitic dan kualitas rendah dari paduan logam yang digunakan membuat elemen struktural dari drive menyebabkan logam “kelelahan” dan menjadi sangat rapuh setelah hanya beberapa bulan digunakan. Penerbangan ke Mars dimulai dengan keberangkatan dari Jerman satu bulan sebelum perang berakhir, yaitu pada bulan April 1945.

Kemungkinan misi ini membutuhkan kru yang besar, berjumlah ratusan, karena tingkat rendah otomatisasi dan kontrol elektronik di dalam piring terbang tersebut.


Sebagian besar sistem wahana harus dioperasikan dengan banyak krew seperti ini karena mirip kapal U-Boat diwaktu itu, secara manual. Karena “drive tachyon” struktural dapat melemah dan tidak dapat selalu bekerja dengan kekuatan penuh sepanjang waktu. Dengan begitu untuk menyelesaikan perjalanan ke Mars memakan waktu hampir 8 bulan.

Pada saat awal menuju Mars, mungkin wahana menggunakan medan kuat dekat gravitasi Bumi, setelah itu pesawat akan “meluncur” selama 8 bulan diorbit elips menuju ke Mars dengan cara mesin utama dimatikan.

Kemudian perjalanan ke Mars oleh Soviet bersama Amerika di tahun 1952 dan oleh wahana Vatikan dari proyek Marconi yang berasal dari Argentina pada tahun 1956 mencapai Mars hanya dalam 2 – 3 hari, karena mesin mereka bekerja selama penerbangan keseluruhan: percepatan mesin pada paruh pertama dan melambat di kedua paruh waktunya.

Konverter Kohler yang lebih kecil mungkin digunakan untuk sistem daya dan pendukung kehidupan di dalam wahana. Saya tidak memiliki informasi apapun pada saat ini mengenai kemampuan gravitasi buatan di dalam pesawat, tapi itu bisa saja dengan mudah dilakukan dengan mesin anti-gravitasi kapal besar.

Setelah mendarat, wahana piring terbang itu hampir menabrak, lalu cawan itu berhenti, merusak mesin lalu dapat diperbaikli lagi, tetapi menyelamatkan kru. Itu terjadi di pertengahan Januari 1946.


Nazi Moonbase (from the movie poster: Iron Sky 2012, see trailer clip below)

Pendaratan tak sempurna di Mars bukan hanya karena mesin tachyon lumpuh, tapi itu juga karena medan gravitasi yang lebih kecil di Mars menghasilkan daya yang lebih kecil untuk mesin tachyon, dan juga karena atmosfer tipis di Mars, yang tidak bisa digunakan secara efektif untuk melalui udara sebagai layaknya atmosfer Bumi biasanya.

Wahana ini berbentuk “piring terbang raksasa”, bentuk yang sangat efisien sebagai rem udara, ketika masuk ke atmosfer dengan “section perpendicular to the trajectory of descent” yang bagian garis lintasannya turun menuju ke permukaan planet Mars.

Satu pertanyaan, bahwa bagaimana Jerman mampu me”regenerasi” udara di dalam pesawat selama 8 bulan untuk kru yang lumayan besar?

Cukup mungkin mereka menggunakan sistem mendukung kehidupan canggih, dikembangkan pada awalnya untuk lebih besar dengan “turbin Walter” dan teknologi kapal selam bebas energi yang menjelajah lautan tanpa muncul kepermukaan air (resurfacing).

Pesan radio berikut campuran berita lainnya diterima oleh pusat ruang kontrol Jerman bawah tanah di Neu Schwabenland dan juga oleh basis penelitian mereka di Bulan.

Sumber : http://forum.viva.co.id/sejarah/1311041-1942-nazi-membuat-pangkalandi-bulan-dan-sudah-ke-mars-tahun-1945-a.html

Monday, October 7, 2013

Puisi : Iklim Seni Anda

Iklim Seni Anda

7. Oktober 2013 um 18:00
 
Saya tak harus membandingkan anda dengan musim semi
sesekali saya memang merindukan musim semi
untuk melihat bunga-bunga yang mekar dan mencium baunya
tapi disuatu titik jenuh tertentu
saya tidak akan mudah lepas depresi
pergantian musim hanya angin berlalu
bahkan musim semi hanya seperti pertunjukan teater yang diulang kembali
memainkan drama yang sama tentang sebuah kelahiran generasi baru
kadang saya menyesal ketika mendapati diri saya sendirian menanggung jenuh tersebut

Tapi anda ?
bayangan anda yang sempat saya tangkap di suatu waktu
seperti sebuah cahaya yang menyelinap digelap yang pekat
saya selalu bisa mengingatnya dengan mudah
dan merasakan iklim seni menyejukkan hati disetiap mengingat senyuman anda yang tulus
sehingga kadang saya merasa seperti pengelana yang menemukan tujuannya

Tapi bagaimana dengan anda?
bagaimana saya dimata anda dengan pertemuan singkat itu?
apakah anda juga menemukan hal baik dari saya yang bisa dilukiskan seperti saya melukiskan anda?
apakah saya layak untuk anda ingat dalam beberapa pekan sebagai ingatan yang berkesan?

Saya selalu senang ketika mendapatkan terpaan angin malam ketika sendiri
saya tahu itu tidak baik jika sering
tapi apakah yang buruk jika saya ingin merasakan kerinduan yang terhibur?
ya, saya sering merindukan anda di sela-sela lamunan
saya tahu bahwa tak ada yang lebih menyenangkan dari merenung ketika saya sendiri
dan anda'lah yang selalu menjadi kajiannya
saya sering mendengar suara anda dalam suara dan percakapan orang lain
saya sering melihat anda dalam aktifitas-aktifitas dan kegiatan orang lain
tapi saya kadang ragu,
karena anda sebenarnya hanya satu
dan saya yang terlalu berlebihan terhadap anda
atau memang karena itu cinta?

Tapi bagaimana saya menyampaikannya?
saya tahu ada beberapa jenis orang dalam menyikapi cinta
ada yang mengejarnya dengan percaya diri
ada yang berusaha mengejarnya, namun ragu
ada juga yang lebih memilih diam dan memendamnya saja
dan saya mungkin jenis orang itu
anda mungkin kurang memahami alasan-alasan dari jenis-jenis itu
tapi saya tahu
ada beberapa hal yang tak bisa dijelaskan kepada orang egois seperti anda

Saya mengarungi genre musik tertentu pada sebuah hari yang lelah
menikmati hangatnya sentuhan lirik dihati yang mengingatkan saya pada anda
tapi saya tahu bahwa anda akan menertawakan saya jika tahu hal itu
dan berkata : 'kadang sesuatu yang berlebihan terasa memuakkan'
sambil melihat beberapa hal absurd di kelengahan langit
dan saya mengerti satu hal
anda tidak mudah menghargai seseorang
bahkan jika seseorang itu memuji dan mengagumi anda
Tapi pada akhirnya harus ada yang mengerti perasaan saya
saya harus bertemu anda sekali lagi !
atau beberapa kesempatan lagi !
saya tahu saya terlalu berharap
tapi bukankan kata itulah yang membuat seorang pemenang menaklukan bayangan kegagalannya ?
walaupun saya tahu saya bukan pemenang
karena anda lebih pantas menjadi pemenang
dengan  atau tanpa dukungan saya, anda bisa mendapatkan kemauan anda

Kadang saya melayang dengan fantasi-fantasi tentang anda
tentang anime-anime kesukaan anda
tentang hewan-hewan kesukaan anda
tentang kata-kata kesukaan anda
tentang tokoh-tokoh pujaan anda
dan tentang mimpi-mimpi anda
saya berharap anda ada kemiripan dengan saya

Namun musim semi tetaplah musim semi
tidak bisa mengembalikan waktu
saya hanya bisa menikmati iklim seni anda dari mengulang kembali kejadian-kejadian ketika bersama dengan anda
ketika kunjungan ke musium sejarah di musim panas yang ceria
ketika kunjungan ke perpustakaan sastra di musim gugur yang mengharuhkan
dan ketika kunjungan ke alun-alun kota kebudayaan yang eksotis
semua mengalahkan segala kebahagiaan saya ketika mengingat musim semi datang
atau kebahagiaan-kebahagiaan lainnya
saya tahu anda sudah terlalu dalam menyusup dihati saya
dan anda menjadi matahari yang selalu saya ingin lihat
tapi dari jauh saja
karena jika terlalu dekat,
saya tahu saya akan terpanggang oleh kenyataan tentang anda
Iklim seni anda yang hanya dapat saya nikmati dengan hati yang luas dan berjarak dengan hati anda
jarak yang saya sendiri tidak ingin menjelaskannya
karena saya tahu anda tidak ingin ada orang yang mencoba mencuri hati anda
termasuk saya
karena itu anda membiarkan saya mendekati anda ketika saya tahu diri untuk tidak bersikap berlebihan

Jakarta, 07 Oktober 2013
Syarif H

Puisi : Egois

Bayangan Egois

Ingin aku lepas semua ikatan ini
aku mau kebahagiaan ini tetap jadi milikku sendiri
tanpa berbagi dengan segaris senyum kesepian
yang tidak pernah kuberikan nama

Bayangan Egois

Aku tak peduli !
jika angin dan badai akan menyesatkanku seorang diri
Aku juga tak peduli bila aku terpencil di lautan hening
asalkan aku masih punya kebanggaan diriku
kebanggaan konyol !
yang membuat perasaanku beku dan egois
yang membuatku tersesat sebelum waktunya
sehingga aku ada di pemikiran menyebalkan ini
tak bisa membuktikan adanya pintu keluar yang telah dibuat

Bayangan Egois

Jika tiba waktunya,
tak seorangpun berhak memintaku
aku ingin mengejek ketololan mereka selama ini
aku ingin membunuh kepercayaan diri mereka yang memuakkan
sehingga langit tak harus terang dengan mimpi-mimpi para orator itu
kalau perlu, bawakan mendung dan hujan
biarkan dia kelam,
sekelam diriku,
biarkan dia lumpuh,
selumpuh mimpiku
dan biarkan malam dingin,
sedingin hatiku

Dan aku bisa menikmati kelengangan lain
selain kelengangan hatiku
lalu bahagia tanpa sebab
sampai akhirnya lengah di kesendirian
dan terbenam sepi

Bayangan egois
Aku mencintai diriku

Jakarta, 04 Agustus 2013
Syarif H

Thursday, October 3, 2013

Catatan Puisi : Tak Terkemuka

Tak Terkemuka

Aku rasa aku tidak pernah memikirkan hal-hal penting
tentang kehidupan ataupun orang lain
dalam kesendirian aku tidak banyak tahu
aku jarang peduli pada selain diriku

Aku rasa aku tidak memiliki banyak pilihan hidup
keterbatasan dalam berinteraksi dengan orang lain
aku harus menanggung berbagai perasaan sendiri
tanpa pernah mengekspresikannya pada siapapun

Beberapa hal yang kubenci dari diriku
aku selalu merasa tidak membutuhkan siapapun
dan tidak ada yang harus kumintai bantuan
karena hanya akan merepotkan jika aku terlalu banyak bertanya
Karena aku tahu, banyak yang tidak aku tahu
aku selalu merasa bangga
karena bisa bertahan dari berbagai kesedihan dengan mengasingkan diri
karena bisa mempopulerkan diri di keheningan

Aku tidak memiliki banyak mimpi
aku berjalan hanya untuk menuju satu itu
tapi kadang aku merasakan lelah, lalu ingin menyerah
dan ketika saat itu aku selalu merasa membutuhkan seseorang
untuk memperkuat diriku

Sungguh,
hidup ini terasa hampa ketika kita tidak menikmatinya
tapi aku tahu,
kadang kita menipu diri
dengan selalu terlihat menikmatinya
untuk beberapa alasan yang tak terkemuka

Jakarta, 04 Oktober 2013
Syarif H

Analisis Sistem

Pendahuluan
Analisis Sistem (system analysis) dapat didefinisikan sebagai :
penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi, dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem (systems planning) dan sebelum tahap desain sistem (systems design). Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan pada tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya.

Langkah-langkah Di Analisis Sistem
Langkah-langkah dalam tahapan analisis sistem hampir sama dengan langkah-langkah yang dilakukan dalam mendefinisikan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan di tahap perencanaan sistem. perbedaannya terletak pada ruang lingkup tugasnya. Di analisis sistem, ruang lingkup tugasnya lebih terinci (detail). Di analisis sistem ini, penelitian yang dilakukan oleh analis sistem merupakan penelitian terinci, sedang diperencanaan sistem sifatnya hanya penelitian pendahuluan.
Di dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem sebagai berikut ini.

1. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah.
2. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada.
3. Analyze, yaitu menganalisis sistem.
4. Report, membuat laporan hasil analisis.

untuk masing-masing langkah ini, beberapa tugas perlu dilakukan analis sistem. Supaya memudahkan melakukan kordinasi dan pengawasan, kordinator team analis dapat membuat suatu kertas kerja yang memuat tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk masing-masing langkah analisis sistem ini.

Mengidentifikasi Masalah
Mengidentifikasi (mengenal) masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap analisis sistem. Masalah (problem) dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan yang diinginkan untuk dipecahkan. Masalah inilah yang menyebabkan sasaran dari sistem tidak dapat dicapai. oleh karena itulah pada tahap analisis sistem, langkah pertama yang harus dilakukan oleh analis sistem adalah mengidentifikasi terlebih dahulu masalah-masalah yang terjadi. Tugas-tugas yang harus dilakukannya adalah sebagai berikut ini.

Mengidentifikasi masalah.
- Mengidentifikasi penyebab masalah.
- Mengidentifikasi titik keputusan.
- Mengidentifikasi personil-personil kunci.

Memahami Kerja Dari Sistem Yang Ada
Langkah kedua dari tahap analisis sistem adalah memahami kerja dari sistem yang ada. langkah ini dapat dilakukan dengan mempelajari secara terinci bagaimana sistem yang ada beroperasi.untuk mempelajari operasi dari sistem ini diperlukan data yang dapat diperoleh dengan cara melakukan penelitian. bila ditahap perencanaan sistem juga  pernah dilakukan penelitian untuk memperoleh data, penelitian ini sifatnya adalah penelitian pendahuluan(preliminary survey). Sedang pada tahap analisis sistem, penelitian yang dilakukan adalah penelitian terinci (detailed survey).

Langkah kedua dari tahap analisis sistem dapat terdiri dari beberapa tugas yang perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut ini.
- Menentukan jenis penelitian
- Merencanakan jadwal penelitian
- Mengatur jadwal wawancara
- Mengatur jadwal observasi
- Mengatur jadwal pengambilan sampel
- Membuat penugasan penelitian
- Membuat agenda wawancara
- Mengumpulkan hasil penelitian

Menganalisis Hasil Penelitian
Langkah ini dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Menganalisis hasil penelitian sering sulit dilakukan oleh analis sistem yang masih baru. Pengalaman menunjukan bahwa banyak analis sistem yang masih baru mencoba untuk memecahkan masalah tanpa menganalisisnya.

Membuat Laporan Hasil Analisis
Setelah proses analisis sistem ini selesai dilakukan, tugas berikutnya dari analis sistem dan teamnya adalah membuat laporan hasil analisis. Laporan ini dserahkan kepada  steering committe yang nantinya akan diteruskan ke manajemen.Pihak manajemen bersama-sama dengan panitia pengarah dan pemakai sistem akan mempelajari temuan-temuan dan analisis yang telah dilakukan oleh analis sistem yang diasjikan dalam laporan ini. Tujuan utama dari penyerahan laporan ini kepada manajemen adalah:

  • Pelaporan bahwa analisis telah selesai dilakukan
  • Meluruskan kesalah-pengertian mengenai apa yang telah ditemukan dan dianalisis oleh analis sistem tetapi tidak sesuai menurut manajemen.
  • Meminta pendapat-pendapat dan saran-saran dari pihak manajemen
  • meminta persetujuan dari pihak manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya (dapat berupa meneruskan ke tahap desain sistem atau menghentikan proyek bila dipandang tidak layak lagi).

Daftar Pustaka
Hartono Jugiyanto, analisis & disain sistem informasi: pendekatan terstruktur teori dan praktek aplikasi bisnis; Ed. II. - Yogyakarta; Andi.

Tuesday, October 1, 2013

Wawasan Tentang Seni

Pengertian Seni

Beberapa pendapat tentang pengertian seni, diantaranya adalah :

Plato, Lessing, JJ. Rousseau
Seni pada hakekatnya adalah peniruan alam dengan segala seginya. Teori ini beranggapan bahwa seni yang baik adalah seni yang mendekati bentuk alam (natural).

Aristoteles
Seni adalah bentuk peniruan alam, namun pencipta harus menyertakan idenya untuk menambah keindahan seni melebihi aslinya. Teori ini didasari oleh pendapat naturalisme yang dipengaruhi oleh kesenian Yunani kuno.

Herbert Read
Seni adalah ekspresi. Read lebih mengutamakan seni dari segi aktivitas seniman, baik dari aktivitas fisik ataupun aktivitas psikologis. Penuangan hasil pengamatan yang dihubungkan dengan perasaan inilah yang disebut seni oleh Read.

Ensiklopedia Indonesia
Seni adalah penciptaan segala hal atau benda yang karna keindahan bentuknya orang senang melihat atau mendengarnya.

W.J.S Purwadarminta
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, seni adalah kecakapan batin dan akal dalam membuat sesuatu yang elok atau indah.

Oloan Situmorang
Dalam buku seni rupa Islam, seni adalah setiap pekerjaan yang merupakan perpaduan dari daya cipta dan rasa karya yang harus dimiliki manusia.

Claire Holt
Dalam buku "Art in Indonesia", Holt mendefinisikan seni sebagai bentuk cipta rasa yang dibuat berdasarkan sentuhan pribadi seorang seniman.

Mochtar Lubis
Dalam catatan kebudayaannya, seni didefinisikan sebagai unsur budaya yang amat penting yang memberi unsur manusiawi, keindahan, keselarasan, keseimbangan, perspektif, irama, harmoni, proporsi, dan sublimasi pengalaman manusia pada kebudayaan.

Ki Hajar Dewantara
Seni merupakan perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia.


     Dari pengertian-pengertian seni di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi kedalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera.
-   Seni yang dilahirkan dari perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk suara yang dapat di tangkap atau dinikmati oleh indera pendengaran disebut seni suara (seni musik).
-   Seni yang dilahirkan dari perantara alat komunikasi ke dalam bentuk rupa disebut seni rupa.
         
Seni rupa
     adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.
-   Seni yang dilahirkan dari perantara alat komunikasi ke dalam percakapan  dan gerakan selaras dengan percakapannya yang dapat di tangkap atau dinikmati oleh indera pendengaran dan penglihatan disebut seni drama.

Fungsi Seni

     Selaras dengan arti seni, merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, maka seni (rasa indah) ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita, yaitu untuk mengembangkan kepekaan estetisdalam jiwa sehinggan dapat mempengaruhi jiwa kita kearah sikap perbuatan yang baik.
      Seni dapat merangsang daya kreativitas,membuka pikiran perspektif, meningkatkan daya cipta dan fikir, inovatif, peka dan tangkas. Hal-hal tersebut sangat berguna dalam mempelajari segala sesuatu yang bersifat analitik.Seni dapat digunakan untuk menunjang proses mempelajari berbagai disiplin ilmu.Seni dan ilmu seperti dua mata uang yang sama nilainya, dan akan sangat serasi bila keduanyaberjalan berdampingan tanpa mengesampingkan atau melebihkan pada salah satu sisinya. Seni memiliki peran cukup penting dalam kehidupan manusia. Seni dapat memperkaya batin dan menajamkan akal, sehingga manusia dapat menjadi manusia yang utuh.
     Sehubung dengan hal tersebut, fungsi seni dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu fungsi sosial dan individual.
     Secara individual seni memberikan fungsi untuk mengungkapkan atau mengekspresikan gejolak jiwa dan perasaan manusia sehingga dapat memberikan kepuasan batin bagi penciptanya.
     Terhadap fungsi sosial, seni berfungsi sebagai sarana komunikasi dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai media rekreasi atau hiburan, media komunikasi, media pendidikan dan media da'wah.
     dalam bentuk fisik seni melahirkan bentuk seni seperti bangunan, seni lukis, seni musik, seni tari dan sebagainya. Adapun dalam pemenuhan kebutuhan batin (emosional) seni memacu gejolak emosi yang muncul dan membuat seseorang tumbuh rasa gembira, romantis, iba, sedih, puas, ingin berbuat baik dan lain-lain.

Tujuan Seni

     Seni sebagai penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia ini perlu dipupuk dan dikembangkan dalam jiwa setiap insan yang menggemari seni. Kemampuan pribadi setiap insan dapat lebih berkembang dengan kemampuannya beradaptasi dan berkarya kreatif.
     Peningkatan kemampuan individu dalam berapresiasi, mempersepsi, dan berkreasi seni, dapat menumbuhkan rasa penghargaan, penikmatan, dan sikap kreatif dalam bidang seni. Orang akan lebih menghargai diri dan lingkungannya baik psikis atau sosial. Dia akan memiliki keselarasan dalam berbagai hal. Dengan seni seseorang dapat menjadi pribadi yang lebih baik dalam berhubungan dengan diri, orang lain, alam dan Sang pencipta.

Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan.
Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu.
Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermakna kematian dan mawar merah yang berarti cinta).

Puisi : Gamang

Gamang

Aku menapaki ketidakpastian ini sekali lagi
mencoba permainkan garis nasib yang menjenuhkan
meredam bualan yang mempersilam diri
tapi sebenarnya,
aku berusaha menghindar dari resultan kelenganganku lagi

Refleksi seseorang mengacau hasratku
entah mengapa, aku selalu mencari-carinya disetiap tempat
di keramaian kota pada jam keluar kantor
di jalan-jalan yang memendam letih
di persimpangan yang menimbun bimbang
dan di trotoar-trotoar yang memperpanjang keruh
tapi aku tahu,
setiap kali berusaha mencarinya
aku hanya menghampakan diriku
karena bahkan aku tidak pernah terbersit di pandangannya

Takdir menguji pendirianku pada afeksi
persamaan tentang bilangan hening
bekunya dada yang tak mampu mengusulkan perasaan
aku memperdaya kata-kata senyap

Sebetulnya aku tak pernah takut kegagalan
yang paling menakutkan ketika mencoba bukanlah kegagalan
melainkan kepercayaan yang terbuang
singularitas yang bias

Sebetulnya aku tak pernah takut kekalahan
yang paling mencemaskan ketika memutuskan untuk mencoba bukanlah kekalahan
melainkan tumpuan yang terbengkalai
keterasingan yang menggamang

Jakarta, 02 Oktober 2013
Syarif H

Sunday, September 22, 2013

Makalah Pendidikan Multikultural



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat menentukan dalam kemajuan suatu Negara, Indonesia adalah Negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam suku, adat, agama, bahasa dan lain-lain, Kesatuan ini akan menjadi bentuk Negara ini secara plural melalui pendidikan perbedaan ini dapat di satukan agar tidak terjadi diskriminasi yang menyudutkan pada satu golongan sehingga pembangunan Indonesia terhambat.
Sistem pendidikan di Indonesia yang setiap tahun berganti mengikuti jalur politik pemenang membuat ketidak konsistenan suatu Negara di dalam memajukan dunia pendidikan. Indonesia adalah salah satu Negara multicultural terbesar di dunia, kenyataan ini dapat di lihat kondisi dari sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Wacana mengenai multikultural telah memasuki babak baru, indikasinya, diskusi mengenai multicultural tidak saja terjadi di lingkungan tradisi akademis, melainkan telah menjadi bagian dari wacana dan kebijakan publik. Diskursus mengenai multicultural telah menjadi materi pendidikan, pelatihan, malahan kursus singkat yang praktis.
Melihat fenomena tersebut pendidikan di Indonesia haruslah peka mengahadapi perputaran globalisasi, pengalaman pahit masa lalu tidak perlu terulang kembali, untuk itu perlu pendidikan multicultural sebagai jawaban atas beberapa problematika kemajemukan tersebut. Oleh sebab itu, penulis berusaha menjabarkan sedikit wawasan tentang konsep pendidikan multicultural yang nantinya mudah-mudahan bermanfaat.
1.2.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimana sejarah Pendidikan Multikultural
2.         Apakah  pengertian Pendidikan Multikultural ?
3.         Bagaimanakah paradigma Pendidikan Multikultural ?
4.         Bagaimanakah pendekatan Pendidikan Multikultural ?
5.         Bagaimana pendidikan berbasis Multikultural ?
6.         Bagaimana wacana Pendidikan Multikultural di Indonesia ?
1.3.       Tujuan Penulisan
Pembaca dapat mengambil beberapa tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1.      Sejarah Pendidikan Multikultural
2.      Untuk mengetahui bagaimana pengertian pendidikan multikultural ?
3.      Untuk mengetahui paradigma pendidikan multicultural di indonesia  ?
4.      Untuk mengetahui pendekatan pendidikan multicultural di indonesia ?
5.      Untuk mengetahui perkembanagan pendidikan berbasis multikultural ?
6.      Untuk mengetahui sejauh mana wacana pendidikan multikultural di Indonesia ?











                             







BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Sejarah Pendidikan Multikultural
Dalam sejarahnya, Pendidikan Multikultural sebagai sebuah konsep atau pemikiran tidak muncul dari ruang kosong, namun ada interes politik, sosial, ekonomi dan intelektual yang mendorong kemunculannya.
Banyak lacakan sejarah atau asal-usul pendidikan multikultural yang merujuk pada gerakan sosial orang Amerika keturunan Afrika dan kelompok kulit berwarna lain yang mengalami praktik diskriminasi dari lembaga-lembaga publik pada masa perjuangan Hak Asasi pada Tahun 1960 .
Diantara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras pada saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an suara-suara yang menuntut lembaga-lembaga pendidikan agar konsisten dalam menerima dan menghargai perbedaan semakin kencang, yang dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka menuntut adanya persamaan kesempatan dibidang pendidikan dan pekerjaan. Momentum inilah yang dianggap sebagai awal mula dari konseptualisasi Pendidikan Multikultural.
Tahun 1960-an agaknya dianggap sebagai kemunculan lembaga sekolah yang berlandaskan Pendidikan Multikultural yang didirikan oleh para peneliti, dan aktivis pendidikan progresif. James Bank adalah salah satu seorang pioner dari Pendidikan Multikultural. Dia yang membumikan konsep Pendidikan Multikultural menjadi ide persamaan pendidikan. Pada pertengahan dan akhir 1980-an, muncul Sleeter, Geneva Gay, dan Sonia Neito yang memberikan wawasan lebih luas soal Pendidikan Multikultural. Memperdalam kerangka kerja yang membumikan ide persamaan pendidikan dan menghubungkannya dengan transformasi dan perubahan sosial.
2.2.       Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah sebuah tawaran model pendidikan yang mengusung ideologi yang memahami, menghormati, dan menghargai harkat dan martabat manusia di manapun dia berada dan dari manapun datangnya (secara ekonomi, sosial, budaya, etnis, bahasa, keyakinan, atau agama, dan negara). Pendidikan multikultural secara inhern merupakan dambaan semua orang, lantaran keniscayaannya konsep “memanusiakan manusia”. Pasti manusia yang menyadari kemanusiaanya dia akan sangat membutuhkan pendidikan model pendidikan multikultural ini.
Dengan melihat dan memperhatikan berbagai pengertian pendidikan multikultural, disimpulkan bahwa pendidikan multikultural adalah sebuah proses pengembangan yang tidak mengenal sekat-sekat dalam interaksi manusia. Sebagai wahana pengembangan potensi, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai heterogenitas dan pluralitas, pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan, etnis, suku, dan agama.
2.3.       Paradigma Pendidikan Multikultural
Indonesia adalah bangsa yang masyarakatnya sangat majemuk atau pluralis. Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu horizontal dan vertikal. Dalam perspektif horizontal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan dan budayanya. Sementara, dalam perspektif vertikal, kemajemukaan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman, pekerjaan dan tingkat sosial budaya.
Kemajemukan adalah ciri khas bangsa Indonesia. Seperti diketahui Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau terbesar di dunia, yang mencapai 17.667 pulau besar dan kecil. Dengan jumlah pulau sebanyak itu maka wajarlah jika kemajemukan masyarakat di Indonesia merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dielakkan. Pada satu sisi, kemajemukan masyarakat memberikan side effect (dampak) secara positif. Namun, pada sisi lain, ia juga menimbulkan dampak negatif, karena faktor kemajemukan itulah terkadang sering menimbulkan konflik antarkelompok masyarakat. Pada akhirnya, konflik-konflik antar kelompok masyarakat tersebut akan melahirkan distabilitas keamanan, sosio-ekonomi, dan ketidakharmonisan sosial.
Oleh karena itu, diperlukan suatu paradigma baru yang lebih toleran, yaitu paradigma pendidikan multikultural. Pendidikan berparadigma multikulturalisme tersebut penting, sebab akan mengarahkan anak didik untuk bersikap dan berpandangan toleran dan inklusif terhadap realitas masyarakat yang beragam, baik dalam hal budaya, suku, ras, etnis maupun agama.
Pendidikan multikulturalisme biasanya mempunyai ciri-ciri:
a)             Tujuannya membentuk manusia budaya dan menciptakan masyarakat berbudaya.
b)             Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-  nilai kelompok etnis (kultural).
c)             Metodenya demokratis yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis.
d)            Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.
Menurut M. Khoirul Muqtafa (2004), paradigma multikultural yang marak didengungkan sebagai langkah alternatif dalam rangka mengelola masyarakat multikultur seperti di Indonesia tampaknya menjadi wacana belaka. Gagasan ini belum mampu dilaksanakan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam tindakan praksis.
Dalam melaksanakan pendidikan multikultural ini mesti dikembangkan prinsip solidaritas. Yakni, kesiapan untuk berjuang dan bergabung dalam perlawanan demi pengakuan perbedaan yang lain dan bukan demi dirinya sendiri. Solidaritas menuntut agar masyarakat melupakan upaya-upaya penguatan identitas, melainkan menuntut agar berjuang demi dan bersama yang lain. Dengan berlaku demikian, kehidupan multikultural yang dilandasi kesadaran akan eksistensi diri tanpa merendahkan yang lain diharapkan segera terwujud.
2.4.       Pendekatan Pendidikan Multikultural
Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural
Sebagai sebuah konsep yang harus dituangkan ke dalam sistem kurikulum, biasanya pendidikan multikultural secara umum digunakan metode dan pendekatan (method and approaches) yang beragam. Adapun metode yang dapat digunakan dalam pendidikan multikultural adalah sebagai berikut:
1.             Metode Kontribusi
Dalam penerapan metode ini pembelajar diajak berpartisipasi dalam memahami dan mengapresiasi kultur lain. Metode ini antara lain dengan menyertakan pembelajar memilih buku bacaan bersama, melakukan aktivitas bersama. Mengapresiasikan even-even bidang keagamaan maupun kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Pebelajar bisa melibatkan pembelajar didalam pelajaran atau pengalaman yang berkaitan dengan peristiwa ini. Namun perhatian yang sedikit juga diberikan kepada kelompok-kelompok etnik baik sebelum dan sesudah event atau signifikan budaya dan sejarah peristiwa bisa dieksplorasi secara mendalam.
Namun metode ini memiliki banyak keterbatasan karena bersifat individual dan perayaan terlihat sebagai sebuah tambahan yang kenyataannya tidak penting pada wilayah subjek inti.
2.             Metode Pengayaan
Materi pendidikan, konsep, tema dan perspektif bisa ditambahkan dalam kurikulum tanpa harus mengubah struktur aslinya. Metode ini memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau tentang masyarakat yang berbeda kultur atau agamanya. Penerapan metode ini, misalnya adalah dengan mengajak pembelajar untuk menilai atau menguji dan kemudian mengapresiasikan cara pandang masyarakat tetapi pembelajar tidak mengubah pemahamannya tentang hal itu, seperti pernikahan, dan lain-lain.
Metode ini juga menghadapi problem sama halnya metode kontributif, yakni materi yang dikaji biasanya selalu berdasarkan pada perspektif sejarahwan yang mainstream. Peristiwa, konsep, gagasan dan isu disuguhkan dari perspektif yang dominan.
3.             Metode Transformatif
Metode ini secara fundamental berbeda dengan dua metode sebelumnya. Metode ini memungkinkan pembelajar melihat konsep-konsep dari sejumlah perspektif budaya, etnik dan agama secara kritis. Metode ini memerlukan pemasukan perspektif-perspektif, kerangka-kerangka referensi dan gagasan-gagasan yang akan memperluas pemahaman pembelajar tentang sebuah ide.
Metode ini dapat mengubah struktur kurikulum, dan memberanikan pembelajar untuk memahami isu dan persoalan dari beberapa perspektif etnik dan agama tertentu. Misalnya, membahas konsep “makanan halal” dari agama atau kebudayaan tertentu yang berpotensi menimbulkan konflik dalam masyarakat. Metodeini menuntut pembelajar mengolah pemikiran kritis dan menjadikan prinsip kebhinekaan sebagai premis dasarnya.
4.             Metode Pembuatan Keputusan dan Aksi Sosial
Metode ini mengintegrasikan metode transformasi dengan aktivitas nyata dimasyarakat, yang pada gilirannya bisa merangsang terjadinya perubahan sosial. Pembelajar tidak hanya dituntut untuk memahami dan membahas isu-isu sosial, tapi juga melakukan sesuatu yang penting berkaitan dengan hal itu.
Metode ini memerlukan pembelajar tidak hanya mengeksplorasi dan memahami dinamika ketertindasan tetapi juga berkomitmen untuk membuat keputusan dan mengubah sistem melalui aksi sosial. Tujuan utama metode ini adalah untuk mengajarkan pembelajar berpikir dan kemampuan mengambil keputusan untuk memberdayakan mereka dan membantu mereka mendaptkan sense kesadaran dan kemujaraban berpolitik.
Pendekatan-pendekatan yang mungkin bisa dilakukan di dalam pendidikan kultural adalah sebagai berikut:
1)   Pendekatan Historis
Pendekatan ini mengandaikan bahwa materi yang diajarkan kepada pembelajar dengan menengok kembali ke belakang. Maksudnya agar pebelajar dan pembelajar mempunyai kerangka berpikir yang komplit sampai ke belakang untuk kemudian mereflesikan untuk masa sekarang atau mendatang. Dengan demikian materi yang diajarkan bisa ditinjau secara kritis dan dinamis.
2)   Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini mengandaikan terjadinya proses kontekstualisasi atas apa yang pernah terjadi di masa sebelumnya atau datangnya di masa lampau.  Dengan pendekatan ini  materi yang diajarkan bisa menjadi aktual, bukan karena dibuat-buat tetapi karena senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman yang terjadi, dan tidak bersifat indoktrinisasi karena kerangka berpikir yang dibangun adalah kerangka berpikir kekinian. Pendekatan ini bisa digabungkan dengan metode kedua, yakni metode pengayaan.
3)   Pendekatan Kultural
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi yang berkembang. Dengan pendekatan ini pembelajar bisa melihat mana tradisi yang otentik dan mana yang tidak. Secara otolatis pebelajar juga bisa mengetahui mana tradisi arab dan mana tradisi yang datang dari islam.
4)   Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis perseorangan secara tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing pembelajar harus dilihat sebagai manusia mandiri dan unik dengan karakter dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini menuntut seorang pebelajar harus cerdas dan pandai melihat kecenderungan pembelajar sehingga ia bisa mengetahui metode-metode mana saja yang cocok untuk pembelajar.
5)   Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar untuk berlaku sopan dan santun, damai, ramah, dan mencintai keindahan. Sebab segala materi kalau hanya didekati secara doktrinal dan menekan adanya otoritas-otoritas kebenaran maka pembelajar akan cenderung bersikap kasar. Sehingga mereka memerlukan pendekatan ini untuk mengapresiasikan segala gejala yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya sebagai bagian dari dinamika kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6)   Pendekatan Berprespektif Gender
Pendekatan ini mecoba memberikan  penyadaran kepada pembelajar untuk tidak membedakan jenis kelamin karena sebenarnya jenis kelamin bukanlah hal yang menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesan. Dengan pendekatan ini, segala bentuk konstruksi sosial yang ada di sekolah yang menyatakan bahwa perempuan berada di bawah laki-laki bisa dihilangkan.
Keenam pendekatan ini sangat memungkinkan bagi terciptanya kesadaran multikultural di dalam pendidikan dan kebudayaan. Dan tentu saja, tidak menutup kemungkinan berbagai pendekatan yang lainnya, selain enam yang disebutkan tadi di atas, sangat mungkin untuk diterapkan.
2.5.       Pendidikan Berbasis Multikultural
Multikulturalisme adalah sistem keyakinan dan perilaku yang mengakui dan menghormati kehadiran semua kelompok yang beragam dalam suatu organisasi atau masyarakat, mengakui sosial-budaya mereka yang berbeda, dan mendorong dan memungkinkan kontribusi melanjutkan mereka dalam konteks budaya inklusif yang memberdayakan semua dalam organisasi atau masyarakat.
Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas (Sleeter and Grant, 1988). Pendidikan multikultural adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang (Skeel, 1995). Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas (Liliweri, 2005). Pendidikan multikultural didefinisikan sebagai sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya (Banks, 1993).
Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Dengan demikian sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi. Kurikulum menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek, dimana para pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.
Pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme lewat kurikulum yang berperan bagi kompetisi budaya individual.
Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong, 1996). Pendidikan multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis (Farris & Cooper, 1994).
Tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi:
1.             Untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam;
2.             Untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, dan kelompok keagamaan;
3.             Memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya;
4.             Untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok (Banks, dalam Skeel, 1995).
Di samping itu, pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan (Dickerson, 1993; Banks, 1994); yang bertujuan untuk:
1.             Membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat.
2.             Memajukan kebebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.
2.6.       Wacana Pendidikan Multikultural Di Indonesia
Wacana pendidikan multikultural di Indonesia belum tuntas dikaji oleh berbagai kalangan, termasuk para pakar dan pemerhati pendidikan sekalipun. Di Indonesia pendidikan multikultural relatif baru dikenal sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat indonesia yang heterogen, plural. Pendidikan multikultural yang di kembangkan di Indonesia sejalan dengan pengembangan demokrasi yang dijalankan sebagai counter terhadap kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah (otoda).
Menurut Azyumardi Azra pada level nasional,berakhirnya sentralisme kekuasaan yang pada masa Orde Baru memakssakan “monokulturalisme” yang nyaris seragam, memunculkan raksi balik, yang mengandung implikasi negatif bagi rekontruksi kebudayaan Indonesia yang multikultural.
Penambahan informasi tentang keragaman budaya merupakan model pendidikan multikultural yang mencakup revisi atau materi pembelajaran, termasuk revisi buku-buku teks. Pendidikan multikultural tidak sekedar merevisi materi pembelajaran, tetapi juga melakukan reformasi dalam sistem pembelajaran itu sendiri. Affirmative Action dalam seleksi siswa sampai rekrutmen tenaga pengajar di Amerika adalah salah satu strategi untuk membuat perbaikan ketimpangan struktur terhadap kelompok minoritas.
Pendidikan multikultural dapat mencakup tiga jenis transformasi:
a)      Transformasi diri.
b)      Transformasi sekolah dan proses belajar mengajar.
c)      Transformasi masyarakat.
Wacana pendidikan multikultural dimungkinkan akan terus berkembang seperti bola salju (snow ball) yang menggelinding semakin membesar dan ramai diperbincangkan. Dan yang lebih penting dan kita harapkan adalah, wacana pendidikan multikultural akan dapat diberlakukan dalam dunia pendidikan di negeri yang multikultural ini.



BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
Dengan melihat dan memperhatikan berbagai pengertian konsep pendidikan multikultural, disimpulkan bahwa pendidikan multikultural adalah sebuah proses pengembangan yang tidak mengenal sekat-sekat dalam interaksi manusia. Sebagai wahana pengembangan potensi, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai heterogenitas dan pluralitas, pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan, etnis, suku, dan agama.
3.2.    Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah dalam “Konsep Pendidikan Multikultural” tidak hanya di pelajari di kalangan mahasiswa saja akan tetapi semua kalangan masyarakat secara umum wajib mempelajari dan memahami konsep-konsep pendidikan multikultura yang ada.










                            





DAFTAR PUSTAKA
·         Musa As’arie. 2004. Konsep pendidikan Multikultural
·         Sutarno. 2007. Pengetian pendidikan Multikultural
·         Safnowandi, S.Pd., M.Pd. pendidikan berbasis multikultural, Jakarta ; sinar Grafika, 2000
·         Google. Browsing search ; Paradigma Pendidikan multicultural, Pendekatan Pendidikan Multikultural, Wacana Pendidikan Multikultural Di Indonesia, 20013

Roman Cinta dan Sepi II

  Chapter II Ia Muncul Lagi   Di sebuah peron yang sepi, lelaki itu, yang tak kuketahui namanya itu, duduk menatap langit tanpa kata-k...