Friday, February 22, 2019

Sejarah Pulau ONRUST

Pendahuluan

Dewasa ini untuk mencapai pulau onrust dan sekitarnya sangat mudah, sebab paling tidak ada tiga pelabuhan laut yang dapat mengantar penumpang ke pulau tersebut, yakni ancol, pelabuhan muara angke, dan pelabuhan muara kamal. Dari ketiga pelabuhan tersebut, muara kamal adalah yang paling dekat dengan pulau onrust, sepuluh sampai lima belas menit untuk mencapai pulau Onrust. Memang pulau Onrust adalah suatu pulau kawasan kepulauan seribu yang letaknya berdekatan dengan pantai jakarta. Berdasarkan garis kordinat dari titik nol greenwich. Pulau Onrust terletak pada 106 o 44” 0BT. Dan 6o 02,3 LS.

Bagi orang awam, kondisi pulau onrust sekarang lebih menunjukan kesan angker dan berantakan sebab sebagian bangunan bersejarahnya telah menajadi puing. Bahkan pulau ini tidak ada penduduknya, kecuali penjaga pulau berikut keluarganya. Sebenarnya sisa bangunan tersebut sangat bermakna bagi kepentingan sejarah. Berdasarkan data tertulis paling tidak pulau ini mengalami empat kali bangun ulang akibat serangan inggris yang setiap kali serangan menghancurkan bangunan yang ada, dan setiap kali perang usai, Belanda membangun kembali pulau tersebut.

Sisa bangunan yang kini terlihat di pulau onrust adalah sisa dari bangunan terakhir (empat), sedangkan sisa bangunan dari periode satu, dua dan tiga sudah tak terlihat di atas permukaan lagi karena hancur akibat serangan, dan bahan bangunannya dimanfaatkan untuk pembangunan periode terakhir. Untuk melacak sisa bangunan periode satu, dua dan tiga tentunya tidak bisa terlaksanakan sekaligus, sebab untuk meneliti sisa bangunan satu periode saja diperlukan waktu yang tidak sedikit

Berangkat dari pemikiran diatas dinas museum dan sejarah DKI Jakarta memilih satu periode sejarah pulau onrust sebagai semple penelitiannya, yakni periode pertama (1615-1800). Pemilihan periode ini didasarkan adanya peta yang dibuat oleh Heydt tahun 1740 yang menggambarkan keletakan bangunan-bangunan di pulau tersebut. pada gambar tersebut tertera denah benteng besar berbentuk segi lima nampaknya merupakan bangunan utama di pulau tersebut. selain itu tertera pula denah yang cukup menarik, yaitu dua buah kincir angin yang terletak di bagian kiri kanan utara benteng. Bangunan-bangunan ini sejak tahun 199 telah diteliti oleh para arkeolog baik dari dinas museum dan sejarah DKI Jakarta, Kanwil P & K Universitas Indonesia yang semuanya di koordinasikan oleh pemda DKI Jakarta.




Sejarah Onrust

Penduduk di lingkungan kepulauan seribu mengenal pulau ini dengan nama pulau kapal. Sebab asal muasalnya pada pertengahan abad 17 hingga 18 di pulau ini banyak berlabuh kapal-kapal VOC yakni kongsi dagang belanda yang oleh orang Indonesia yang saat itu disebut KOMPENI. Karena banyaknya kapal di pulau itu, maka banyak penduduk sekitar atau nelayan menyebutnya sebagai pulau kapal.

Sebenarnya pulau yang disebut pulau kapal telah diberi nama oleh orang-orang belanda, namun itupun mengacu kepada kondisi pulau yang tak pernah henti-hentinya membongkar muat barang-barang komoditi dan kegiatan perbaikan kapal-kapal namanya adalah ONRUST. Onrust ini berasal dari bahasa belanda yang berarti ‘tanpa istirahat’. Nama ini dikenal sejak abad ke 17. Namun dikenal oelh kalangan belanda saja dan pada buruh yang dipekerjakan di pulau tersebut. sedangkan penduduk setempat tetap mengenalnya sebagai pulau kapal.

Kini, akibat gencarnya dilakukan penelitian arkeologis dan publikasi pada media massa, nama onrust berangsur-angsur mulai dikenal oleh masyarakat diseluruh indoensia, akibatnya berangsur-angsur pula melupakan nama kapal. Nama onrust dan kapal kiranya memang dapat diberikan kepada pulau inikarena sesuai peranannya yang selalu disibuki dengan kegiatan perkapalan, pertahanan, perdagangan dan bongkar muat barang-barang komoditi : lada, gula, beras, tekstil dan lainnya yang laku diperdagangkan. Jika kita simak masa lampau pulau onrust dan sekitarnya secara jelas peranannya terlihat pada masa kolonial belanda sekitar abad 17. Naun sebelumnya, pulau-pulau tersebut dan pulau lainnya di perairan teluk jakarta menjadi tempat peristirahan raja-raja banten sebelum belanda memanfaatkan bagi kepentingan penjajahan.

Segera setelah VOC mengirimkan armada pertamanya ke Asia memerlukan dibuatkan tempat pertemuan. Terlebih-lebih setelah mereka gagal dalam usaha memonopoli perdagangannya di banten. Tahun 1610, akhirnya VOC memutuskan jakarta sebagai tempat usaha perdagangannya. Belanda meminta izin kepada pangeran Jayakarta untuk menggunakan salah satu pulau di teluk jakarta maka dilakukan perjanjian kedua belah pihak. Pihak belanda diwakilkan oleh L. Hermit dan Jayakarta oleh pangerannya sendiri. perjanjian ini berhasil disepakati pada tanggal 10-13 November 1610. Isi perjanjian itu adalah memperbolehkan orang-orang belanda mengambil kayu untuk pembuatan kapal-kapalnya di teluk jakarta.

Kapal-kapal yang berlayar ke asia tenggara dan tinggal beberapa lama sering memerlukan perbaikan kapal akibat perjalanan panjang. atas dasar ini VOC berniat membangun sebuah galangan kapal di teluk jakarta. Niat tersebut di ijinkan oelh pangeran jayakarta dan VOC menggunakan salah satu pulau yang ada di perairan teluk jakarta. Pulau tersebut adalah pulau onrust yang luasnya 12 Hektar dan jaraknya 14 km dari jakarta.

Tahun 1615 VOC memulai pembangunan di pulau onrust dengan mendirikan sebuah galangan kapal dan sebuah gudang kecil. Dalam hubungan ini Jan Pieterzoon Con mengharapkan pulau onrust selain sebagai galangan kapal, juga ada koloni. Oleh karena itu VOC mengirim keluarga Cina ke pulau onrust dengan diberikan berbagai fasilitas, diantaranya persediaan air minum yang cukup. Selanjutnya Jan Pieterzoon Con menjadikan pulau onrust sebagai pertahanan terhadap akibat memuncaknya ancaman banten dan inggris. Pada tahun 1618.

Pada tahun-tahun berikutnya di pulau onrust dilakukan pembangunan sarana fisik untuk kepentingan VOC Belanda. Diantaranya pada tahun 1656 dibangun sebuah benteng kecil bersegi empat dengan dua bastion (bangunan yang menjorok keluar berfungsi sebagai pos pengintai). Pada tahun 1671 bangunan benteng tersebut diperluas menjadi benteng persegi lima dengan bastion pada tiap-tiap sudutnya namun bentuk tidak simetris. Bangunan benteng ini seluruhnya terbuat dari bata dan karang. Pada tahun 1674 di pulau onrust dibuat gudang-gudang penyimpanan barang, gudang penyimpanan besi dan Dok tancap. Semua ini dikerjakan oleh 74 tukang kayu dan 6 tukang lainnya.
Tahun 1674 dibangun sebuah kincir anign untuk keperluan penggergajian kayu. Gudang-gudang kemudian dibangun untuk menyimpan barang-barang yang akan dikirim ke eropa. Karena gudang-gudang yang di pulau onrust sudah tidak dapat menampung,maka pulau cipir yang ada disebelah selatannya dimanfaatkan pula untuk penyimpanan sementara barang-barang komoditi.

Masa-masa berikutnya, VOC giat melakukan pembangunan atas pulau onrust seperti pada tahun 1691 dibangun sebuah kincir angin kedua, sebelumnya pada tahun  1695 terdapat 148 abdi kompeni dan 200 budak. Pulau onrust nampak semakin kuat sebagai pertahanan dan depot logistik VOC.

Dalam hubungan perang di eropa tahun 1795, kedudukan belanda di batavia semkain tak menentu. Terlebih-lebih ketika armada inggris dibawah pimpinan  H.L. Ball pada tahun 1800 melakukan blokade terhadap batavia. Dalam blokade tersebut, pertama-tama inggris mengepung pulau onrust dan sekitarnya, lalu semua bangunan-bangunan yang terdapat di permukaan pulau tersebut dimusnahkan.

Setelah pulau onrust hancur, pada tahun 180 belanda merencanakan pembangunan kemabli atas pulau onrust sesuai dengan rencana Kolonel D.M. Barbier. Namun baru saja selesai dibangun, inggris menyerang kembali pada tahun  1806 mengakibatkan pulau onrust dan sekitarnya hancur berantakan. Serangan inggris yang kedua ini dipimpin oleh  Admiral Edward Pellow. Sisa-sisa bangunan yang masih berdiri dihancurkan lagi oleh inggris pada tahun 1810. Dengan di dudukinya batavia oleh inggris 1810, inggris telah memperbarui bangunan-bangunan di pulau onrust dan sekitarnya dan digunakan untuk keperluan mereka hingga mereka angkat kaki dari indonesia tahun 1816.

Pulau ini mendapat perhatian kembali pada tahun 1827 masa gubernur G.A. baron Van der Capellen. Pekerjaannya dimulai pada tahun 1828 dengan pekerja-pekerja yang terdiri dari orang-orang pribumi dan orang-orang cina, diantaranya pula orang-orang tahanan. Baru pada tahun 1848 kegiatan di pulau Onrust dapat berjalan kembali. kemudian pada tahun 1856 arena pelabuhan ditambah lagi dengan sebuah dok terapung yang memungkinkan perbaikan kapal di laut. Setelah dibangunnya pelabuhan Tanjung Periok pada tahun 1883 maka pulau Onrust semakin hiloang peranannya dalam dunia perkapalan dan pelayaran.

Baru kemudian pada tahun 1905 pulau Onrust mendapat perhatian lagi dengan didirikannya stasiun cuaca di pulau ini dan pulau Kuyper (Cipir). Namun pada tahun 1911 pulau Onrust diubah fungsi menjadi karatantina haji hingga tahun 1933. Sejak tahun 1933 sampai 1940 pulau Onrust dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang terlibat dalam “peristiwa Kapal Tujuh”(Zeven Provincien). Kemudian pada tahun 1940dijadikan sebagai tempat tawanan orang-orang jerman, yang ada di indonesia, diantaranya adalah Stenfurt, mantan kepala Administrasi Pulau Onrust.

Setelah jepang menguasai batavia pada tahun 1942, peranan pulau Onrust dan sekitarnya semakin tak penting. Jepang telah memperhitungkan bahwa pulau-pulau tersebut tidak potensial sebagai pertahanan sebab telah dikenali pesawat tempur udara. Pulau-pulau tersebut hanya berpotensi ketika teknologi perang dengan kapal laut sebelum perang dunia. Jepang hanya menjadikan pulau Onrust sebagai penjara bagi apra penjahat kriminal kelas berat.

Pada masa Indoensia merdeka pulau ini dimanfaatkan sebagai rumah sakit karantina bagi penderita penyakit menular dibawah pengawasan departemen kesehatan R.I. hingga awal tahun 1960-an. Ruah Sakit ini kemudian dipindah ke Pos VII Pelabuhan Tanjung Periok.


Sumber : Buku Penelitian Arkeologi Pulau Onrust terbitan Pemerintah DKI Jakarta Dinas Museum dan Sejarah Tahun 1993.

No comments:

Post a Comment

Roman Cinta dan Sepi II

  Chapter II Ia Muncul Lagi   Di sebuah peron yang sepi, lelaki itu, yang tak kuketahui namanya itu, duduk menatap langit tanpa kata-k...